MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIKIH KELAS VIII MTs. NW PENEDA GANDOR TAHUN PELAJARAN 2014/2015



MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS  SISWA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIKIH
KELAS VIII MTs.  NW PENEDA GANDOR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI



Di Ajukan Kepada Institut Agama Islam Hamzanwadi IAIH
 Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
 Serjana S1 Pendidikan Agama islam

Oleh :

ABDUL HAYYI

NPM : 10.01.01.0002



INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI PANCOR
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2014-2015





INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADAI PANCOR
FAKULTAS TARBIYAH
STATUS TERAKREDITASI “A”
Jln TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid  No. 70 Pancor Selong ( 83611 )
Lombok Timur NTB Telp ( 0376 ) 22566


LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Berjudul       :MENERAPKAN PENDEKATAN  PEMBELAJARAN
 BERORIENTASI AKTIVITAS  SISWA UNTUK
 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIKIH
 KELAS VIII MTs.  NW PENEDA GANDOR TAHUN
 PELAJARAN 2014/2015.
Ditulis Oleh                 : ABDUL HAYYI
NPM                           : 10.01.01. 0002
Harap kami supaya dalam waktu yang telah ditentukan nanti saudara tersebut dapat dipanggil munaqasah skripsi di depan dewan penguji.

Disetujui pada tanggal                                     2014
Pembimbing I


Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S, M.Ag
NUP. 041 9601 032
Pembimbing II


SYAMSUL RIZAL,M.Pd
NIS. 041 9601 050
Menyetujui;







PROGRAM STUDI PENDIDIKANAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADAI PANCOR
Jln TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid  No. 70 Pancor Selong ( 83611 )
Lombok Timur NTB Telp ( 0376 ) 22566






HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Berjudul        : MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
  BERORINTASI AKTIVITAS  SISWA UNTUK
  MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIKIH KELAS VIII
  MTs.  NW PENEDA GANDOR TAHUN PELAJARAN
  2014/2015.
Ditulis oleh                :  ABDUL HAYYI
NPM                             :  10.01.01. 0002
Telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana S1 Pendidikan Agama Islam.      

Pancor, 12 Oktober  2014
Dekan Fakultas Tarbiyah


Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S, M.Ag
NIS. 041 9061 032
 





                




INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADAI PANCOR
FAKULTAS TARBIYAH
STATUS TERAKREDITASI “A”
Jln TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid  No. 70 Pancor Selong ( 83611 )
Lombok Timur NTB Telp ( 0376 ) 22566


Pancor,                        2014

Hal : Munaqasah Skripsi                                                         Kepada :
Yth.     Bapak Dekan Fakultas
Tarbiyah IAIH Pancor
di_
Pancor
Bismillahiwabihamdihi
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai petunjuk, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama                 : ABDUL HAYYI
NPM                  : 10.01.01.0002
Program Studi   : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul                  :MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
 BERORINTASI AKTIVITAS  SISWA UNTUK
 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIKIH KELAS
 VIII MTs.  NW PENEDA GANDOR TAHUN PELAJARAN
 2014/2015.

Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang Munaqasah Skripsi, program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) IAI Hamzanwadi Pancor. Untuk itu kami berharap agar skripsi ini dapat di Munaqasahkan. Demikian atas perhatiannya kami sampaikan terima kasih.
Wallahul muwaffiku walhadi ila Sabililrasad
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Pembimbing II




SYAMSUL RIZAL,M.Pd
NIS. 041 9061 050
Pembimbing I



Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S, M.Ag
NUP. 041 9061 032
 







INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADAI PANCOR
FAKULTAS TARBIYAH
STATUS TERAKREDITASI “A”
Jln TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid  No. 70 Pancor Selong ( 83611 )
Lombok Timur NTB Telp ( 0376 ) 22566


Pancor,                        2014

NOTA DINAS

Lam     : 4 Eksemplar
Hal      : Skripsi saudara ABDUL HAYYI                              
Kepada :
Yth.     Bapak Dekan Fakultas
Tarbiyah IAIH Pancor
di_
Pancor
Bismillahiwabihamdihi
Assalamualaikum Warahmatullahi wabarokatuh
               Setelah kami mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirim naskah skripsi saudara ABDUL HAYYI dengan judul skripsi sebagai berikut :
”Menerapkan pendekatan pembelajaran berorintasi aktivitas  siswa untuk meningkatkan prestasi belajar fikih kelas VII MTs  NW Peneda Gandor tahun pelajaran  2014/2015”.
Harap kami supaya dalam waktu yang ditentukan nanti, saudara tersebut dapat dipanggil untuk tujuan skripsi. Sekian dan terima kasih.
Wallahul muwaffiku walhadi ila Sabililrasad
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Pembimbing II




SYAMSUL RIZAL,M.Pd
NIS. 041 9061 050
Pembimbing I



Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S, M.Ag
NUP. 041 9061 032
 






PROGRAM STUDI PENDIDIKANAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADAI PANCOR
Jln TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid  No. 70 Pancor Selong ( 83611 )
Lombok Timur NTB Telp ( 0376 ) 22566




LEMBAR PENGESAHAN
TIM PENGUJI
Skripsi atas nama : ABDUL HAYYI, NPM :10.01.01.0002 telah di pertahankan dan disahkan di depan Tim Penguji,  Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor.
Pada Hari        : Minggu
Tanggal           : 12 Oktober 2014
Waktu             : 15.30 WITA
Tempat            :  Ruang Ujian/Kampus IAIH Pancor
Skripsi ini merupakan benar-benar karya penulis dan apabila dikemudian hari di temukan penyimpangan-penyimpangan, penulis bersedia bertanggung jawab atas segala konsekwensinya.
TIM PENGUJI
Ketua Sidang/Pembimbing I
Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S, M.Ag
NIS. 041 9602 032

Sekretaris Sidang/Pembimbing II
 SYAMSUL RIZAL, M.Pd
NIS. 041 9061 050

Penguji I
Drs. H. M. SYAFI’I AHMAD, M.A
NIS,041 9601 026

Penguji II
MASTUR, M.A
NIS.041 9601 078

IDENTITAS PENULIS:
Nama           : ABDUL HAYYI
NPM            : 10.01.01.0002
TTL             : Loang Tuna, 28 Mei 1992
Alamat    : Dusun Banjar Getas, Desa Banjar
                                                        Sari Kec. Labuhan Haji-Lotim
Fakultas      : Tarbiyah
Jurusan      : Pendidikan Agama Islam*


MOTTO :
Setinggi apapun cobaan, namun “Sekali kaki melangkah kedepan pantang surut mundur kebelakang”

“Semakin tinggi cobaan, semakin membaja iman, semakin mengkristal akidah, semakin terbentuk keyakinan”;




Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1.     Kedua orang tuaku, Ibuku (Mahnim) Ayahku (Napsiah) yang telah memberikan sugesti, dorongan dan do’a restu yang
tak pernah henti. Serta saudaraku, kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan moril dan materil, Berkat jerih payah kalian saya bisa menyelesaikan pendidikan tinggi sebagai bekalku kelak dimasa depan.
2.    Untuk guru-guruku yang telah memberikan ilmunya, yang selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan, saya selalu berdo’a semoga Alloh SWT, memberikan balasan terhadap pengabdian engkau dan ilmu yang telah engkau berikan menjadi bermanfaat dan mendapat barokah.
3.    Sahabat dan teman-temanku  yang selalu menemaniku, yang rela meluangkan  waktu untuk bersama mengabdi di masyarakat membina majlis pengajian bersama majlis Rosul, Fisabillilah, semoga Allah SWT, membalas kebaikan
kalian semua.

KATA PENGANTAR

Dengan mengharap ridho dan rahmat Allah SWT, semoga kita selalu dalam keadaan sehat Walafiat, seraya mengucapkan puji syukur kehadiratNya atas rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Fikih Kelas VIII MTs NW Peneda Gandor 2014/2015”. Berkat Rosul termulia Muhammad SAW, semoga sholawat dan salam selalu terlimpah kepada beliau, agar kita mendapatkan Syafa’at kelak di hari kiamat.
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan sugesti, dorongan, rangsangan, serta dukungan moril dan meteril. Oleh karena itu, penulis ingin  menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.    Bapak Dr. TGH. M. Zainul Majdi, MA; selaku Rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor.
2.    Bapak Dr. Fathurrahman Muhtar, S.S, M.Ag. selaku Dekan Fak. Tarbiyah yang sekaligus sebagai Pembimbing I dan Bapak Syamsul Rizal, M.Pd
Pembimbing II
3.    Bapak / Ibu dosen dan ketua jurusan PAI Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya. Sehingga skripsi ini dapat kami selesaikan dengan baik.
4.    kepada Bapak kepala Madrasah serta Bapak/Ibu guru MTs NW Peneda Gandor yang telah menerima kami untuk melaksanakan penelitian.
5.    Juga kepada orang tua, saudaraku dan teman-temanku semua yang telah memberikan bantuan moril dan materil, sehingga dengan sumbangsih kalian skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapat gelar serjana S1 Pendidikan Agama Islam serta untuk dipertimbangan dan dipermakluman kepada pihak lembaga Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor bahwa benar kami selaku Mahasiswa IAI HAMZANWADI Pancor, telah melaksanakan kegiatan penelitian  di MTs NW Peneda Gandor pada tahun pelajaran 2014-2015. Tentu penunils menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi terdapat kekurangan, namun kekurangan tersebut tidak membuat kami berputus asa justru akan kami jadikan motivasi untuk menyusun skripsi agar lebih baik lagi. Penulis berharap kiranya segala bantuan, arahan dan bimbingan yang diberikan tersebut tercatat sebagai amal ibadah kepada Allah SWT.
Akhirnya inilah yang dapat kami sampaikan dan mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan perkembangannya, khususnya metode pengajaran dimasa yang akan datang. Terima kasih atas perhatiannya mohon maaf atas segala kekurangan. Wassalamu’alikum Wr. Wb.
                                                                        Pancor, 20 September 2014
                                                                        Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ iv
MUNAQASAH SKRIPSI................................................................................................ v
NOTA DINAS................................................................................................................. vi
PENGESAHAN TIM PENGUJI................................................................................... vii
MOTTO.......................................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR...................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................................. xii
ABSTRAK...................................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A.    Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1    
B.     Identifikasi Masalah ............................................................................................. 5
C.     Rumusan Maslah................................................................................................... 5
D.    Tujuan Penelitian .................................................................................................. 6    
E.     Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6    
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................... 8
A.    Pengertian Contextual Teaching and Learning .................................................... 8
B.     Langkah-langkah Contextual Teaching and Larning............................................ 9
C.     Implementasi Pembelajaran Kontekstual di kelas................................................. 9
D.    Karaktistik Pembelajaran Contextual Teaching and Learning............................ 15
E.     Pengertian Prestasi Belajar.................................................................................. 16
F.      Pengertian Sejarah Kebuday1an Islam................................................................ 18
G.    Kerangka Berfikir ............................................................................................... 22
H.    Hipotesis Tindakan.............................................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 24
A.    Pendekatan Penelitian ........................................................................................ 24
B.     Jenis Penelitian.................................................................................................... 24
C.     Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................ 25    
D.    Rancangan Penelitian.......................................................................................... 25
E.     Tekhnik dan Instrumen Pengumpulan Data........................................................ 28
F.      Teknik Analisis Data .......................................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 43
A.    Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................... 43
B.     Deskripsi Data..................................................................................................... 35
1.      Deskripsi Data Siklus I.................................................................................. 36
2.      Deskripsi Data Siklus II................................................................................ 39
C.     Analisis Data....................................................................................................... 41
1.      Analisis Data Siklus I.................................................................................... 41
2.      Analisis Data Siklus II................................................................................... 46
D.    Pembahasan......................................................................................................... 50
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 53
A.    Kesimpulan ......................................................................................................... 53    
B.     Saran ................................................................................................................... 54    
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN

ABSTRAK

Hadriawanm, 2014. penerapan model contextual teaching and  learning (CTL) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan  islam di  kelas viii  mtsnw praida kroya
Penelitian ini menggunakan studi tindakan kelas (Action Research Classroom) pada peserta didik kelas VIII MTs NW Praida Kroya. Dari hasil observasi secara langsung melalui pra siklus penelitian tindakan dapat diketahui bahwa guru mata pelajaran SKI belum sepenuhnya mengedepankan pembelajaran aktif. Hal ini terbukti dengan adanya hasil belajar peserta didiknya yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Dengan metode satu arah itu peserta didik cenderung pasif. Hal ini dapat dilihat dari kesiapan dan keaktifan pada saat KBM berlangsung kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam KBM menggambarkan semangat untuk mengikutinya. Peneliti menerapkan model Contextual Teaching and  Learning (CTL)  yaitu pada kelas VIII  yang berjumlah 20 peserta didik.
Dengan menerapkan model contextual teaching and  learning (CTL) kepada siswa diharapkan siswa selalu aktif  dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar bermakna apabila terjadi kegiatan peserta didik. Model pembelajaran tersebut dapat menghindarkan pembelajaran yang mengarah pada apa yang disebut sebagai “teaching to the best” atau mengajar yang diarahkan hanya  untuk menghadapi soal-soal ujian. Untuk itulah pentingnya pembelajaran yang mengaktifkan siswa patut diterapkan sepenuhnya oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. oleh karena itu penting sekali oleh setiap pendidik memahami sebaik baiknya tentang karakter dan potensi pada diri setiap peserta didik agar dapat memberikan bimbingan dan penyediaan belajar yang tepat dan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap: pra siklus, siklus satu, dan siklus dua.
a.       Pada tahap pra siklus semangat belajar peserta didik, prsentasenya 61%,
rata-rata tes 63,85.
b.      Siklus 1, semangat belajarnya 68,33%, rata-rata tes 69%
c.      Siklus 2, semangat belajarnya 77,25.%, rata-rata tes 80%
Berdasarkan hasil analisis yang telah didapatkan dari siklus satu dan siklus dua menunjukkan adanya peningkatan dan perbaikan dalam proses belajar mengajar baik dari siswa maupun guru, Sesuai dengan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa penggunaan model contextual teaching and  learning (CTL) dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa kelas VIII MTs NW Praida Kroya tahun pelajaran 2014-2015.


* Kartu Identitas Penulis
[*] Dok.  TV Indosiar ceramah KH.M. Zainuddin MZ.




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri, sebagaimana firman Allah SWT:

قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ 

Artinya: Mereka mengatakan: Maha suci Engkau, kita tidak punya pengetahuan melainkan apa yang Engkau ajarkan kepada kita: sesungguhnya Engakau Maha Mengetahuai lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah : 32.)[1]

Menurut teori psikologi, anak yang rasional selalu bertindak sesuai tingkatan perkembangan umur mereka. Ia mengadakan reaksi-reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari lingkungan maka ia melakukan kegiatan atau aktivitas. Dalam pendidikan kuno aktivitas anak tidak pernah diperhatikan karena menurut pandangan mereka anak dilahirkan tidak lain sebagai “orang dewasa dalam bentuk kecil”. Ia harus diajarkan menurut kehendak orang dewasa. Karena itu ia harus menerima dan mendengar apa-apa yang diberikan dan disampaikan orang dewasa/guru tanpa dikritik. Anak tak obahnya seperti gelas kosong yang pasif menerima apa saja yang dituangkan ke dalamnya.
Pandangan yang lebih maju (modern) menganggap hal tersebut di atas sesuatu yang keterlaluan, menyiksa serta mengingkari harkat kemanusiaan anak. Aliran modern ini merombak dan mengubah pandangan itu dan menggantikannya dengan penekanan pada kegiatan anak dalam proses pembelajaran. Anak aktif mencari sendiri dan bekerja sendiri. dengan demikian anak akan lebih bertanggung jawab dan berani mengambil keputusan sehingga pengertain mengenai suatu persoalan benar-benar mereka pahami dengan baik. Walaupun mereka mengambil keputusan sendiri berdasarkan kata hatinya, namun putusan mereka tersebut berhubungan juga dengan masyarakat, sebab individu itu baru berarti kalau ia telah berada dalam masyarakat.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa kelas VIII MTs NW Peneda Gandor bersikap pasif ketika berlangsung pembelajaran di kelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam, demikianpun ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Adanya anggapan bahwa fiqih hanyalah pelajaran yang dihafal dan tidak termasuk pelajaran yang menentukan saat akhir sekolah, inilah yang membuat peserta didik statis dan kurang berprestasi.
Fiqih yang merupakan dari bagian PAI tentu dalam pengajarannya guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan sistem belajar mengajar secara kreatif, imajinatif, menguasai metode penyampaian yang mampu memotivasi siswa, proses KBM yang menyenangkan. Ketaatan siswa untuk mengikuti pelajaran PAI, pada umumnya karena paksaan/kewajiban dan ini berakibat pada sasaran keberhasilannya. Di sisi lain apa yang diperoleh siswa dari guru agama seringkali tidak mencerminkan perkembangan pendekatan dengan yang mereka alami dalam kehidupan masyarakat.
Seorang guru berusaha untuk merancang konsep pembelajaran di kelas yang mampu membangkitkan semangat peserta didik, dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila konsep dan program pembelajaran disusun dengan baik. Berbicara mengenai peserta didik dalam proses KBM bahwa semangat mereka dalam melaksanakan tugas guru dirasa masih belum sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, yaitu mampu belajar mandiri, mengembangkan ide dan memiliki kemampuan berfikir tinggi, hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Mata pelajaran fiqih cenderung menghafal dari pada mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini masih sangat bergantung oleh seorang guru. Pengalaman pembelajaran tersebut menumbuhkan dinamika baru bagaimana hal yang kurang baik itu dapat diubah untuk diperbaiki kemudian muncul suatu gagasan untuk berkolaborasi mencari solusi.
Sehagaimana dijelaskan di atas bahwa proses belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap praktisi pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar yang kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center). Dengan pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student Activity) diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya juga diikuti dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga sangat penting dalam melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Fikih Melalui “Pendekatan Pembelajaran Berorientasis Aktivitas Siswa”.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penetiti dapat merumuskan beberapa fokus penelitian sebagai berikut :
1.      Bagaimana penerapan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran fikih kelas VIII MTs NW Peneda Gandor tahun pelajaran 2014/2015.
2.      Apakah pendekatan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa dapat meningkatkan prestasi  belajar fikih kelas VIII MTs NW Peneda Gandor tahun pelajaran 2014/2015.
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan :
1.       Untuk mengetahui penerapan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran fikih kelas VIII MTs NW Peneda Gandor tahun tahun pelajaran 2014/2015.
2.      Untuk mengetahui tingkat prestasi  belajar fikih menggunakan pendekatan pembelajaran  berorientasi aktivitas siswa di kelas VIII di MTs NW Peneda Gandor tahun pelajaran 2014/2015.




D.    Manfaat Penelitian
Hasil dan penelitian ini diharapkan bermanfaat dari segi teoritis dan praktis, serta bisa memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fikih dan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1.      Secara teoritis
penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas pada mata pelajaran fikih pada siswa MTs NW Peneda Gandor kelas VIII tahun pelajaran 2014/2015.
2.      Secara praktis
Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
a.       Bagi guru atau pendidik
Menambah wawasan, pengetahuan dan diharapakan guru dapat menerapkan pendekatan tersebut dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang fikih pada siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor melalui implementasi pendekatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berorientasi aktivitas.
b.      Bagi peserta didik
Untuk meningkatkan, minat, prestasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi berorientasi aktivitas
c.       Bagi Madrasah
Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah/madrasah MTs NW Peneda Gandor.



BAB II
LANDASAN TEORI
Telah dimaklumi bahwa satu kegiatan awal yang dilakukan dalam suatu proses penelitian adalah kajian pada teori. Proses ini dimaksud untuk menyesuaikan informasi dengan permasalahan peneliti yang mungkin dapat mengarahkan peneliti untuk mendapatkan solusi terhadap masalah tersebut. Oleh karena itu, dalam bagian ini peneliti akan menguraikan atau membahas tentang :
1.     Hakekat belajar dan Pengertian prestasi belajar
2.    Pengertian Fikih dan pembelajaran Fikih
3.    Pengertian Pendekatan Berorientasi Aktivitas
4.    Penerapan PBAS dalam pembelajaran
5.    Peran guru dalam menerapkan PBAS
A.    Hakekat Belajar dan Prestasi Belajar
1.      Belajar dan Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu makin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena tersebut muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, terutama lapangan pekerjaan. Untuk menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan sumber daya yang berkualitas dan sumber daya yang berkualitas tidak lepas dari belajar dan pembelajaran.
Menurut pengertian secara fsikologi, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan  sebagai berikut :
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.[2]

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Dalam belajar di temukan adanya hal sebagai berikut :
a.         Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar.
b.         Konsekwensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekwensi tersebut. Sebagai ilustrasi, prilaku respons si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.[3]
Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
Adapun pengertian belajar secara umum menurut Tim MKDK IKIP Semarang antara lain:
a.    Belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetik.
b.    Pada dasarnya belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari pengalaman dan bukan akibat hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak lahir.
c.    Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku latihan atau pengalaman.
Skiner, berpendapat bahwa belajar adalah

suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.[4]

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil sebagai pengalamannya sendiri dalam intraksi dengan lingkungannya.[5] Menurut Gagne belajar merupakan :
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.[6]

Menurut Gagne belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan hasil belajar. Komponen tersebut dapat dilihat dalam bagan berikut.[7]



Kondisi internal belajar
Hasil belajar
                                Invormasi verbal
                        Ketermpilan intelek
                        Keterampilan motorik
                        Sikap
                        Siasat kognitif
                                                       
Berinteraksi
Acara pembelajaran
Stimulus dari lingkungan

Keadaan internal dan
Proses kognitif siswa
 








Kondisi eksternal belajar  

Gambar 3.1 Bagan komponen belajar
Menurut pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang disengaja sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku menuju ke arah yang lebih sempurna. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku merupakan proses belajar. Sedangkan  perubahan  tingkah  laku  itu sendiri  merupakan hasil belajar, dengan demikian belajar akan menyangkut proses belajar dan hasil belajar.
2.      Pengertian Prestasi belajar
Prestasi adalah hasil dari satu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan, untuk mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan tetapi penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai hanya dengan keuletan, ketekunan dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan kerja. Menurut Mas’ud Khasan Abdul Qohar menjelaskan bahwa prestasi adalah :
“apa yang telah dapat di ciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang di peroleh dengan jalan keuletan kerja. Dan sampai itu, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”.[8]        

Dari uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik setelah melalui proses belajar yang terencana dan terorganisir dengan baik. Sedangkan pengertian belajar secara umum adalah suatu proses perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa menjadi bisa, dan sebagainya. Keberhasilan pembelajaran tersebut dapat ditunjukkan dengan prestasi belajar.
Prestasi belajar dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen yang relevan.
Proses belajar mengajar memang peran yang penting dalam suatu pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar bermakna apabila terjadi kegiatan peserta didik oleh karena itu penting sekali oleh setiap pendidik memahami sebaik baiknya tentang karakter dan potensi pada diri setiap peserta didik agar dapat memberikan bimbingan dan penyediaan belajar yang tepat dan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Adapun yang mempengaruhi prestasi belajar siswa;
Slameto menjelaskan bahwa secara umum prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (dari dalam individu) dan faktor eksternal (dari laur indifidu).
a.       Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Prestasi belajar siswa yang datang dari dalam diri siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut.
1)      Kesehatan
Kesehatan berarti keadaan tubuh beserta bagian-bagianya bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Kesehatan yang tetap terjamin membuat siswa belajar dengan baik. Cacat tubuh  adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat tubuh dapat berupa buta, setengah buta, tuli, patah kaki, dan lain-lain.
2)      Intelegensi atau kemampuan
Inelegensi adalah suatu kecakapan yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyelesaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi akan berhasil dari pada yang mempunyai intelegensi yang rendah.
3)      Perhatian
Perhatian keaktifan jiwa yang yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang lebih baik, maka siswa harus mempunyai perhatian yang tinggi terhadap bahan yang dipelajari.
4)      Minat
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang disertai dengan rasa senang. Siswa akan rajin belajar apabila bahan pembelajaran yang dipelajari sesuai dengan minatnya.


5)      Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu harus terelisasi menjadi kecakapan yang yata sesudah belajar atu berlatih. Hasil belajar siswa akan lebih baik jika bahan yang dipelajari sesuai denagan bakat siswa.
6)      Motif
Motif adalah penggerak dan pendorong untuk belajar. Jadi motivasi dapat dijadikan  dasar permulaan yang baik untuk belajar karena tampa motivasi kegiatan balajar mengajar sulit untuk berhasil.
b.      Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa sendiri yang terdiri dari :
1)      Faktor keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat besar di dalam pendidikan anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap belajar anak berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga.
2)      Faktor sekolah
Sekolah memiliki peranan dalam meneruskan dan mengembangkan pendidikan yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh lingkungan sebagai lembaga pendidikan informal tertulis. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar antara lain model pembelajaran, metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, tugas rumah, dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.
Salah satu yang diduga mempengaruhi kualitas pengajaran adalah variabel guru. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
B.     Pengertian dan Pembelajaran Fikih
1.      Pengertian Fikih
Kata fiqih ( فقه ) secara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al-fahmu al-mujarrad (الفهم المجرّد ), yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja. Makna yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq (الفھم الدقیق) yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas.
Kata fiqih yang berarti sekedar mengerti atau memahami, disebutkan di dalam ayat Al-Quran Al-Karim, ketika Allah menceritakan kisah kaum Nabi Syu’aib alaihissalam yang tidak mengerti ucapannya.
قَالُوا يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ
“Mereka berkata: "Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu."
 (QS. Hud: 91).[9]
Di ayat lain juga Allah SWT berfirman menceritakan tentang orang-orang munafik yang tidak memahami pembicaraan.
فَمَالِ هَؤُلاءِ الْقَوْمِ لا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?”
(QS. An Nisa:78)[10]

Sedangkan makna fiqih dalam arti mengerti atau memahami yang mendalam, bisa temukan di dalam Al- Quran Al-Karim pada ayat berikut ini :
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
"Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah :122)[11]
Dalam prakteknya, istilah fiqih ini lebih banyak digunakan untuk ilmu agama secara umum, dimana seorang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama sering disebut sebagai faqih, sedangkan seorang yang ahli di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau arsitektur misalnya, tidak disebut sebagai faqih atau ahli fiqih.
Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan sepotong-sepotong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan ilmu fiqih itu sendiri. Al-Imam Abu Hanifah punya definisi tentang fiqih yang unik, yaitu :
معرفة النفس مالها وما عليها
ma’rifatunnafsi maalahaa wamaa alaihaa
"Mengenal jiwa manusia terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya.”
Sebenarnya definisi ini masih terlalu umum, bahkan masih juga mencakup wilayah akidah dan keimanan bahkan juga termasuk wilayah akhlaq. Sehingga fiqih yang dimaksud oleh beliau ini disebut juga dengan istilah Al-Fiqhul Akbar. Adapun definisi yang lebih mencakup ruang lingkup istilah fiqih yang dikenal para ulama adalah:
العلمُ بالاحكامِ الشّرعِيَّةِ العَمَلِيِّةِ المُكْتَسَبُ مِنْ أدِلَّتِهاالتَّفْصِيْلِيَّةِ
”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”
Secara sederhana kita bisa simpulkan bahwa fiqih adalah kesimpulan hukum-hukum bersifat baku hasil ijtihad ulama yang bersumber dari Al-Quran, sunnah, ijma, qiyas dan dalil-dalil yang ada.
2.      Pembelajaran Fikih
Mata pelajaran fiqih dalam kurikulum MTs adalah salah satu bagian mata pelajaran  PAI  yang  diarahkan  untuk  menyiapkan  peserta  didik  mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (Way of Life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan.
Fiqih  di  MTs  bertujuan  untuk  membekali  peserta  didik  agar  dapat mengetahui  dan  memahami  pokok-pokok  hukum  islam  secara  terperinci  dan menyeluruh,  baik  berupa  dalil  naqli  dan  aqli.  Pengetahuan  dan  pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. Pembelajaran fiqih diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum islam dan tata cara pelaksanaanya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara kaffah (sempurna)
Ruang  lingkup  fiqih di MTs dalam kurikulum berbasis kompetensi berisi pokok-pokok materi:


a.       Hubungan manusia dengan Allah SWT.
Hubungan  manusia  dengan  Allah  SWT.,  meliputi  materi:  Thaharah, Shalat, Zakat, Haji, Aqiqah, Shadaqah, Infak, Hadiah dan Wakaf.
b.      Hubungan manusia dengan sesama manusia.
Bidang  ini  meliputi Muamalah, Munakahat,  Penyelenggaraan  Jenazah dan Taíziyah, Warisan, Jinayat, Hubbul Wathan dan Kependudukan.
c.       Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.
Bidang  ini  mencakup  materi,  Memelihara  kelestarian  alam  dan lingkungan,  Dampak  kerusakan  lingkungan  alam  terhadap  kehidupan, Makanan  dan  minuman  yang  dihalalkan  dan  diharamkan,  Binatang sembelihan dan ketentuannya.
C.    Pengertian Pendekatan Berorientasi Aktivitas Siswa
Asumsi yang mendasari PBAS. Standar proses satuan pendidikan yang tertuangkan dalam permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 mengamanahkan bahwa “pembelajaran didesain untuk membuat siswa aktif belajar melalui kegiatan ekplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”.[12] Pembelajaran di anggap bermakna jika dalam peroses pembelajaran sebut siswa terlibat secara aktif, untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah serta menemukan sendiri pengetahuan melalui pengalaman langsung. Pembelajaran dianggap terjadi bila ada keterlibatan siswa siswa secara aktif. Artinya standar proses satuan pendidikan mengarahkan kepada guru untuk menerapkan pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pentingnya penerapan pembelajaran tersebut merupakan suatu hal yang mutlak untuk dilakukan agar pembelajaran dapat diselenggarakan secara maksimal sebagai usaha sadar, usaha terencana, dan usaha untuk memberdayakan potensi siswa yang berkarakteristik-holistik. Selain itu, pembelajaran tersebut dapat menghindarkan pembelajaran yang mengarah pada apa yang disebut sebagai “teaching to the best” atau mengajar yang diarahkan hanya  untuk menghadapi soal-soal ujian. Untuk itulah pentingnya pembelajaran yang mengaktifkan siswa patut diterapkan sepenuhnya oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran siswa dapat dilakukan melalui pengembangan berbagai  keterampilan belajar esensial secara efektif yang antara lain sebagai berikut: (1)  berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif, (2) berfikir logis, kritis dan kreatif, (3) rasa ingin tahu, (4) penguasan teknologi dan informasi ,(5) pengembangan personal dan sosial, dan (6) belajar mandiri. Enam keterampilan belajar tersebut memiliki intersepsi teterkaitan antar dimemsi berisi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sangat penting untuk terjadinya peristiwa pembelajaran yang sarat nilai dan mengembangkan potensi siswa melalui berbagai aktivitas di sekolah.
Proses pembelajaran dikatakan berlangsung, apabila ada aktivitas siswa di dalamnya. Untuk itu pendekatan pembelajaran  yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).
Dave Meier (2008:74) mengemukakan bahwa:

 “belajar harus dilakukan dengan aktivitas, yaitu menggerakkan ketika belajar, memanfaatkan indera siswa sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/fikiran terlibat dalam proses   belajar”. [13]

Hal tersebut sejalan dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pasal 19 ayat1 yang berbunyi:
“proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan , menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat dan minat dan perkembangan fisik secara fsikologis peserta didik.[14]

Melihat karakteristik yang dimiliki pembelajaran aktivitas siswa, maka pembelajaran seperti inilah yang diperlukan dan relevan dengan kondisi sekarang serta dapat memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Sanjana (2008:137) mengemukakan  bahwa Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa (PBAS) dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara asspek kognitif , efektif dan psikomotor secara seimbang.” Selanjutnya Sanjana (2006:135) mengatakan bahwa:
Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami, yaitu dipandang dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal.[15]
 Artinya PBAS menghedaki keseimbangan antara aktifitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghedaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).”
D.    Penerapan PBAS dalam Pembelajaran
Pembelajaran  berorientasi aktivitas siswa dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan pembelajaran, misalnya kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bemain peran, melakukan pengamatan, melakukan eksperimen, membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah  dan peraktik melakukan sesuatu. Menurut Sanjaya (2008:139):
Aktivitas siswa ini tidak hanya dilihat dari aktifias fisiknya saja, tetapi juga di lihat dari aktifitas mental dan intelektualnya.[16]
                                                
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi proses belajar mengajar saat ini asas aktivitas (Student activity) lebih di tonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
Dari beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
Menurut Hamalik (2001) Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, antara lain :
 (1) Kegiatan-kegiatan visual. (2) Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6) Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat [17].
           
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1.      Kegiatan Visual. Yang termasuk kegiatan ini adalah membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2.      Kegiatan-kegiatan Lisan. Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3.      Kegiatan Mendengarkan. Dalam proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal yang dilakukan, karena melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan pelajaran yang diajarkan.
4.      Kegiatan Menulis, misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5.      Kegiatan Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain sebagainya.
6.      Kegiatan Metrik. Kegiatan dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7.      Kegiatan mental, meliputi memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan - hubungan dan membuat keputusan.
8.      Kegiatan Emosional. Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa menimbulkan minat, berani, tenang, dan lain- lain.
9.      Berpikir termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10.  Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu berhubungan dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono, 1991).
Dari beberapa macam aktivitas diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa. Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.

E.     Peran Guru dalam Penerapan PBAS
Pelaksanaan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa memposisikan guru dan siswa sama-sama sebagai subjek dalam kegiatan belajar mengajar, hanya beda peran dan tugasnya saja. Artinya dengan PBAS tidak berarti siswa dibuat aktif menggantikan peran  guru, sehingga guru tidak guru perlu memainkan perannya dalam pembelajaran. Tetapi aktivitas belajar siswa diciptakan dan dikondisikan oleh guru sebagai mediator  dan fasilitator belajar siswa. Dengan posisi sama-sama sebagai subjek belajar, siswa dapat mempelajari materi pelajaran secara aktif dan langsung memainkan perannya dalam seting kontekstual. Artinya siswa belajar sesuatu sebagai pengalaman langsung dan hasil dari pengalaman tersebut akan menjadi individu yang memiliki keperibadian dan sikap yang positif serta keterampilan yang dapat yang menunjang pada kehidupan mandiri di masyarakat.
Posisi guru sebagai subjek belajar bertugas memfasilitasi agar siswa dapat belajar sesuai dengan gaya dan karakteristik belajar masing-masing. Pembelajaran berorientasi aktivitas menuntut guru untuk lebih kreatif dan inofatif dalam mendesain pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.
Menurut Sanajaya (2008:139) ada enam tugas yang harus di lakukan dalam desain pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, yaitu :
(1) mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan belajar dimulai; (2)menyusun tugas-tugas bersama siswa;(3) member informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan;(4)memberikan bantuan dan layanan kepada siswa yang memerlukannya;(5) memberikan motivasi, mendorong siswa untuk belajar,membimbing melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan;(6) dan membantu siswa dalam menarik sesuatu kesimpulan kegiatan pembelajaran.[18]

Berdasarkan penjelasan di atas, dalam PBAS siswa dituntut harus aktif mengerjakan tugas-tugas, melakukan eksperimen dan sebagainya. Aktivitas siswa dalam PBAS mulai dari merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan bersama, sehingga dengan keterlibatan seperti ini akan lebih bertanggung jawab terhadap ketercapaian tujuan tersebut. Keterlibatan inilah yang membedakan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dari pendekatan pembelajaran lainnya. Pembelajaran seperti ini sudah terkandung di dalam unsur demokrasi dan humanisti, sehingga melalui PBAS akan diperoleh hasil belajar yang sempurna.








F.     Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas tersebut di atas, peneliti merumuskan hipotesis tindakan yaitu : penerapan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar fikih kelas VIII MTs Nw Peneda Gandor Tahun Pelajaran 2014/2015.


















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (disingkat PTK) atau Clasroom Action Research. Penelitian emansipatoris tindakan ini, yang pemakaian atau penamaannya berbeda-beda, seperti penelitian kelas (classroom research) karena penelitian untuk perubahan perbaikan itu dilakukan didalam kelas.
Namun Hopkins, kemudian memakai istilah classroom research in action atau Classroom action research pada saat peneliti itu memasuki tahap-tahap kegiatan yang harus dilakukan, dengan alasan bahwa istilah penelitian kelas mengingatkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti pendidikan (educational researchers) dengan menjadikan guru dan siswa sebagai objek penelitian yang berada di luar orbit kehidupan mereka. [19]
Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, karena data yang ada merupakan data yang pasti, yaitu data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar melihat, mengucap tapi data yang mengandung makna dibalik dan dilihat dan terucap tersebut. Jhon W. Creswell, mendefinisikan pendekatan kulaitatif sebagai :


sebuah proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau manusia, bedasarkan pada penciptaan gambar holistik yang dibentuk kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.[20]

Pada prinsipnya metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh berdasarkan kajian ilmiah untuk mendapatkan data tujuan tertentu. Tentunya kajian ilmiah ini didasarkan pada metode keilmuan yang berupa usaha untuk menemukan, penelitian. Melalui cara ilmiah inilah, diharapkan data yang diperoleh adalah data yang objektif, valid dan realible.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan atau cerita yang dapat menggambarkan dari permasalahan yang diteliti atau melakukan kaji ulang, bertanya pada orang lain, menghimpun informasi yang sejenis untuk memperoleh kesimpulan yang sama. Interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara sistemik/menyeluruh dan sistematis.
Kehadiran pendekatan kualitatif, menurut Sanapiah Faisal dari IKIP Malang, berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas sosial dan tingkah laku manusia itu sendiri .[21]
Sedangkan Prof. Parsudi Suparlan, dalam pendekatan kualitatif, yang menjadi sasaran kajian/penelitian adalah
kehidupan sosial atau masyarakat atau sebagai sebuah kesatuan yang menyeluruh.[22]


B.     Subjek Penelitian
Yang menjadi subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs. NW Penede Gandor tahun pelajaran 2014-2015 yang berjumlah 32 siswa obyek penelitian menerapkan pendekatan berorientasi aktifitas.
C.    Desain  Penelitian
Desain penelitian adalah model atau gambar dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Ada beberapan Desain atau rancangan penelitian tindakan kelas dari beberapa para ahli anatara lain : 1) desain model PTK Kurt Lein, 2) desain PTK model Kemmis dan Mc Taggart, 3) Desain PTK model John Elliot dan, 4) desain model PTK Hopkins.
Sebenarnya ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penerapan metode penelitian tindakan kelas (PTK), tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Kemmis,2006:97). Adapun model PTK dimaksud menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya). Rancangan Penelitian Tindakan kelas ini dapat dibuat dalam bentuk gambar sebagai berikut:





Observing
Planning
Reflecting
Action
 






Gambar 3.1 Rancangan PTK
Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan seterusnya, walaupin sifatnya berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secara bersamaan jika pelaksana dan pengamat berbeda.[23]
       Adapun penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
1.      Menyusun Rancangan Tindakan (planning)
Dalam tahap penyusunan rancangan ini penelitian menentukan titik atau fokus peristiwa yang diperlukan mendapat perhatian khusus untuk di amati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membuat penelitian mereka fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Jika digunakan dalam tindakan ini bentuk berpisah maka penelitian dan pelaksanaan harus melakukan kesepakatan antara keduanya. Dikarnakan pelaksanaan guru peneliti adalah pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan kinerja,  maka pemilihan sterategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentinga guru peneliti, agar plaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar,  realitas,  dan dapat dikelola dengan mudah. Seperti mebuat Silabus dan RPP.
2.      Palaksanaan atau Tindakan (Akting)
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hasil yang perlu di ingat adalah bahwa dalam tahap kedua pelaksanaan guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
3.      Pengamatan (Obsering)
Kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi,  keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Tahap kedua diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga bersetatus sebagai pengamatan.
4.      Refleksi (Refleting)
Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. istilah refleksi berasal dari kata bahasa inggris reflection, dalam bahasa Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk implementasikan rancangan tindakan.[24]
D.    Prosedur Penelitian
Siklus penelitian adalah suatu putaran yang melingkar, seperti jarum jam dan spiral yang terjadi pada penelitian tindakan kelas dan pencapain hasilnya semakin lama semakin meningkat. Proses siklus mencapai kemampuan jika sudah diperoleh kepuasan dan pencapaian tindakan sudah mantap.
Penelitian direncanakan dalam dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua akan tetapi kalau tidak mencapai ketuntasan belajar pada siklus kedua maka digunakan lagi siklus berikutnya. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.
1.      Siklus I
a.       Perencanaan
Kegiatan perencanaan berup adanya masalah, dan pengembangan untuk tindakan sebagai pemecah masalah. Pada tahapan ini peneliti merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan penyesuaian dari standar mompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan khususnya pada pembelajaran Fikih yang meliputi:
1)      Persiapan pembelajaran, RPP dan instrument penelitian.
2)      Menyiapkan buku paket Fikih
3)      Membuat atau menyiapkan alat peraga jika dibutuhkan
4)      Membuat lembar observasi
5)      Evaluasi dilaksanakan pada setiap akhir proses pembelajaran
b.      Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, proses yang dilaksanakan terbagi pada tahap pendahuluan, kegiatan inti dan penutup. Pada pelaksanaannya peneliti memberikan motivasi dari pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Peneliti memberikan penjelasan penggunaan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
c.       Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap impelementasi tindakan penggunaan pendekatan pembelajaran aktivitas dalam meningkatkan kemampuan memahami materi pelajaran fikih yang dilakukan peneliti pada siswa kelas VIII MTs NW Peneda Gandor dengan menggunakan lembar observasi. Dimana lembar observasi tersebut berupa serangkain pertanyaan yang digunakan untuk membantu peneliti mendapat data atau gambaran mengenai hal yang ingin diteliti. Adapun yang menjadi observrnya adalah siswa tersebut.
d.       Refleksi
Pada tahapan ini, peneliti memberikan penilaian terhadap siswa dalam pencapaian peningkatan motifasi belajar siswa, untuk memahami materi pelajaran fikih yang diajarkan menggunakan pendekatan berorientasi aktivitas siswa. Refleksi dilakukan dengan menggunakan media gambar, penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari tindakan yang dirancang. Misalnya target yang telah ditetapkan anak harus mendapat nilai 70 ternyata hasil pada siklus I baru mencapai nilai 60, sedangkan target  yang harus dicapai kelas itu sendiri KKM 70%, kalau kurang dari target yang telah ditentukan maka perlu dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.
2.      Siklus II
Pada dasarnya pelaksanaan siklus I dan siklus II adalah sama. Perbedaannya, pada siklus II merupakan perbaikan untuk menyempurnakan kegiatan belajar pada siklus sebelumnya yang berdasarkan hasil refleksi. Siklus II dilaksanakan setelah selesai siklus sebelumnya.



E.     Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan identifikasi variable di atas maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dalam metode kualitatif, menurut Prof. Parsudi Suparlan, metode penelitian yang umumnya digunakan adalah (1) metode pengamatan; (2) metode pengamatan terlibat; (3) wawancara dengan berpedoman.[25]
1.      Metode pengamatan (Observasi)
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan yang dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang dIselidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang diselidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek (Check List) dalam menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri sfesifik bila di bandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan koesioner. Kalau wawancara kuesioner selalu berkomunokasi dengan orang,  observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain. Karl Popper, berpendapat pada umumnya observasi adalah :
tindakan yang berupa penapsiran dari teori.[26]
Sterisno Hadi mengemukaan bahwa, Observasi adalah :
merupakan suatu proses yang konfleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.[27]

Kemudian difinisi lain menyatakan bahwa, Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis[28]
Jadi berbagai pendapat di atas, teknik pengumpulan data degan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila respoden yang di amati tidak terlalu besar.
2.      Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas VIII dan guru - guru mata pelajaran  fikih Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor. Menurut Denzin, wawancara merupakan :
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. [29]
Sedangkan menurut Hopkins,wawancara adalah :
suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu didalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk kepala sekolah, teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa dll.[30]
3.      Tes
Tes sebagai isterumen pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang di gunakan untuk mengukur keterampilan, pegetahuan, intlenjensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.[31]
Salah satu yang di tes adalah prestasi belajar siswa adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang yang telah mempelajari sesuatu. Dalam buku lain menyatakan bahwa tes adalah :
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suassana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.[32]





4.      Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon, (1997; 104 ) menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama  dalam arti luas, yaitu
yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis maupun lisan;  kedua dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang konsesi, hibah dan sebagainya.[33]

Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resources, melalui observasi dan  wawancara. Akan tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai “narasumber” yang dapat menjawab pertanyaan; “Apa tujuan dokumen itu ditulis?; Apa latar belakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?; Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk siapa?; dan sebagainya.(Nasution, 2003; 86).
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat ditarik benang merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film,  gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan informasi bagi proses penelitian.
F.     Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik deskriptif dan kualitatif.  Analisis deskriptif  kualitatif digunakan untuk data kuantitas pembelajaran menggunakan pendekatan berorientasi aktivitas. Untuk menganalisis hasil data tersebut dideskrifsikan menggunakan rumusan statistic  deskriptif meliputi penentuan Skor Maksimal ideal (SMi), rata-rata ideal (Mi) dan simpangan baku, Standar Deviasi (SDi). Angaka –angka Mi dan SDi diperolreh dengan cara :
Mean Mi ½ (Skor maksimal + skor minimal )
Simpangan baku ideal SDi = 1/6 (skor maksimal – skor minimal)
Selanjutnya pengkategorian tingkat kemampuan yaitu sebagai berikut :
Mi + 1 SDi       ______            Mi + 3 SDi      = tinggi
Mi - 1 SDi        ______            ≤ Mi + 1 SDi   = sedang
Mi – 3 SDi        ______            ≤ Mi – 1 SDi   = rendah
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai rata-rata yaitu :
M =∑x
n
           
keterangan :
            M         = Mean rata-rata
            ∑x       = Jumlah skor keseluruhan
            N         = Jumlah siswa
            Rumus untuk mencari persentasi ketuntasan belajar :
           
Keterangan :
KB      = Ketuntasan Belajar
ni         = Jumlah siswa yang tuntas
n          = Jumlah keseluruhan siswa
untuk mengetahui jumlah yang tuntas dapat dilihat dari beberapa siswa  yang mendapatkan nilai standar minimal, untuk mengetahui pengkategorian keberhasilan dalam penilitian menggunakan interval sebagai berikut :
            80 - 100           = Tinggi
            65 – 79            = Sedang
            65                 = Rendah


[1] . Kementerian Agama RI, Al –Qur’an dan terjemahannya. PT. Sinergi pustaka Indonesia hal 6
[2] . Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta.Hal. 2
[3] . Dimyati,dkk. Belajar dan Pembelajaran. Rineka cipta.Hal. 9
[4] .Muhibbin Syah,M.Ed. Psikologi belajar.Rajawali pers hal. 64
[5] .Slameto. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka cipta.hal. 2
[6] . Dr. Dimyati. Belajar dan pembelajaran. rineka cipta. Hal. 11
[7] . ibid. hal. 11
[8] . Drs. Syaiful Bakhri  Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. (Usaha nasional). Hal: 20
[9] . Kementerian Agama RI, Al –Qur’an dan terjemahannya. PT. Sinergi pustaka Indonesia
  hal 311
[10] .Ibid 117
[11] .Ibid 277
[12] . Lampiran permendiknas no. 41 tahun 2007 tanggal 23 november 2007 standar proses
   untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

[13] . Dr.Rusman,M.pd. Model-model pembelajaran, Rajawali pers hal 389
[14] .Ibid. hal 389
[15] .Ibid. hal 390
[16] Ibid. hal 395
[17] . Dr.Rusman,M.pd. Model-model pembelajaran, Rajawali pers. Hal 388

[18] . Dr.Rusman,M.pd. Model-model pembelajaran, Rajawali pers. Hal 394
[19] . Prof.Dr. Rochiyati wiriaatmadja.metode penelitian  tindakan  kelas.penerbit. Rosda hal 4
[20] . Hamid Patilima. Metode penelitian kualitatif. Penerbit alfabeta. Hal 2
[21] . Hamid Patilima. Metode penelitian kualitatif. Penerbit alfabeta. Hal 3
[22] . ibid hal 3
[23] .Prof.Dr. Suharsimi Arikunto.Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.penerbit
  Rineka cipta. Hal 97 
[24] . Suharsimi Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas. Pnerbit Bumi Aksara. Hal 16
[25] . Hamid Patilima. Metode penelitian kualitatif. Penerbit Alfabeta. Hal 14
[26] . Prof. Dr.RochiatiWiraatmadja. Metode penelitian tindakan kelas.Penerbit Rosda hal 104
[27] . Prof. Dr. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Penerbit Alfebeta. Hal 145
[28] . Drs. Wayan Nurkancana. Evaluasi Pendidikan. Penerbit Usaha Nasional. Hal 46
[29] . Prof. Dr.RochiatiWiraatmadja. Metode penelitian tindakan kelas.Penerbit Rosda hal 117
[30] . Ibid. hal 117
[31] . Drs. Riduan, M.B.A.Sekala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian.Penerbit Alfabeta Bandung. Hal 30
[32] . Dr. Suharsimi, Dasar-dasar evaluasi pembelajaran. Penerbit : Bumi aksara. Hal 51
[33] . web.google.com.14.03.2014

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.      Sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor
Madrasah Tsanawaiyah MTs NW Peneda Gandor merupakan salah satu lembaga pendidikan swasta (formal) di Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur Propensi Nusa Tenggara Barat yang berlokasi Desa Peneda Gandor, didirikan pada tahun 1986 oleh organisasi Nahdlatul Wathan, di atas areal (lahan) seluas 3.800 m2, dengan luas bangunan seluruhnya adalah 913 m2 dan selebihya merupakan lapangan olah raga.
Pada tahun 2007 Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor dinyatakan “sebagai sekolah agama tingkat atas yang melasanakan kewajiban belajar seperti yang tercantum dalam UU Pendidikan dan Pengajaran Nomor : 12 tahun 1954. Nomor : 4 tahun 1950 pasal 10 ayat 2” berdasarkan Piagam Pengakuan Kewajiban Belajar Dan Kepala  Pendidikan Agama. 
Untuk perkembangan kedepan, Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor terus menerus secara dinamis berupaya untuk meningkatkan diri dari segi kualitas termasuk meningkatkan statusnya. Pada tahun 1995, Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor berhasil memperoleh jenjang akreditasi “DIAKUI” berdasarkan Keputusan Kepala Kontor Departemen Agama Kabupaten Lombok Timur Nomor m.x-3/1-a/101/1995 tanggal 7 Desember 1995. Dan pada tahun 2007, Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor berhasil memperoleh akreditasi dengan peringkat “B” berdasarkan Keputusan Ketua Badan Akreditsi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) Nomor 105/Akr.MTs/B/IV/2007 Tanggal : 13 April 2007 
2.      Profil MTs NW Peneda Gandor
Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan dengan NSM 121252030015 beralamat di desa Peneda gandor Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat didirikan pada tahun 1986 dan telah mendapat  Status Terakriditasi B SK Terakriditasi dengan nomor 105/Akr.MTs/B/IV/2007 Tanggal : 13 April 2007 Piagam Nomor WX 86368/3/86, nama organisasi Induk Nahdlatul Wathan Keadaan Tanah Luas Tanah 3.800 m2  Letak di Desa Peneda gandor
3.      Keadaan Guru/Staf Lainnya
Sedangkan jumlah tenaga pengajar di MTs NW Peneda gandor adalah 18 orang guru termasuk kepala madrasah, yang terdiri dari 9 laki-laki dan 9 orang perempuan, 3 orang diantaranya guru PNS kementerian Agama kabupaten/kota. Kualifikasi pendidikan masing-masing guru MTs NW Peneda gandor adalah 13 orang berizajah S-1 pendidkan (Strata 1), 2 orang berijazah D.2 (Akta II).


4.      Keadaan Siswa MTs NW Peneda Gandor
Adapun pada tahun pelajaran 2014/2015 ini, keadaan jumlah keseluruhan siswa/siswi dari kelas VII sampai kelas IX di MTs NW Penedagandor berjumlah 74 orang siswa/siswi, yang terdiri dari 37 laki-laki dan 37 perempuan dengan jumlah ruang belajar seluruhnya adalah 3 rombel (masing-masing tingkatan kelas terdiri dari 1 rombel).
B.     Deskripsi Data
Pada tahap ini akan dibahas tentang hasil pelaksanaan penelitian pada setiap siklus akan melalui empat tahap penelitian berupa perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
1.      Deskripsi Data Siklus I
a.       Tahap perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah
1)      Peneliti melakukan observasi lapangan yang dilanjutkan dengan observasi kelas
2)      Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
3)      Menyiapkan materi pembelajaran fikih sesuai materi
4)      Membuat lembar observasi
5)      Menyusun tes hasil belajar (instrument) dalam bentuk objektif (tes pilihan ganda) untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa
6)      Menyiapkan tes hasil belajar fikih.


b.      Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pembelajaran yang dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berorientasi aktivitas siswa pada kelas yang diperlukan. Langkah-langkah yang dilakukannan peneliti pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah :
1)      Menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
2)      Memberikan pre tes pada masing-masing siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas VIII sebelum diberikan perlakuan penerapan pendekaran berorientasi aktivitas siswa.
3)      Menjelaskan kepada siswa tentang materi pelajaran fikih
c.       Tahap Observasi
1)      Observasi guru
Selama berlangsungnya proses pembelajaran guru dibantu oleh teman sejawat (observer) melakukan observasi atau pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Adapun hasil observasi kegiatan dapat dilihat pada lampiran 6. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dah hasil lembar observasi kegiatan guru, aktifitas guru pada siklus I berada pada kategori cukup aktif dengan skor 7 dari 12 yang merupakan skor maksimal. Secara persentase, guru telah mencapai 58% dari skor yang diharapkan.
2)      Observasi siswa
Selain observasi terhadap kegiatan mengajar guru dilakukan juga observasi terhadap kegiatan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dari pada lampiran 7. Berdasarkan hasil analisis  tersebut aktifitas siswa selama pembelajaran pada siklus I, diperoleh data bahwa keaktifan siswa berada pada kategori cukup aktif dengan skor total rata-rata dari pertemuan pertama dan kedua adalah 6 poin dari 12 poin (50%).
d.      Tahap refleksi
Hasil refleksi refleksi pembelajaran bersama siswa ditemukan kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut :
1)      Guru kurang menguasai kelas, sehingga masih banyak siswa yang ribut ketika berlangsungnya pembelajaran.
2)      Masih banyak siswa yang belum menguasai materi sesuai dengan indicator yang diharapkan.
3)      Beberapa siswa masih malu-malu dan tidak percaya diri ketika menyampaikan gagasan atau idenya.
4)      Waktu yang terbatas dan konisi yang tidak kondusif.
Adapun solusi yang harus dilakukan oleh guru pada pada siklus II adalah sebagai berikut :
1)      Guru berusaha untuk menguasai kelas dengan baik dengan memberikan pendekatan yang lebih baik lagi kepada siswa.
2)      Memberi semangat, saran, melakukan Tanya jawab, atau memotivasi siswa siswa lewat permainan pemberian hadiah.
3)      Memikirkan dan merancang ulang pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang diterapkan mengefektipkan pembelajaran.
Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus pertama setelah dianalisis diperoleh data yang terlampir, dapat dilihat pada lampiran 8. data ata hasil evaluasi pada siklus I
2.      Deskripsi Data Siklus II
Siklus II merupakan kelanjutan dari siklus sebelumnya yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas, dengan prinsip konstruktivisme pengalaman siswa sehari-hari.
Peningkatan kemampuan tersebut dilakukan dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan pada siklus I dengan cara peningkatan kualitas pembelajaran sebelumnya dan pemberian materi yang lebih efektif dan terarah.



a.       Tahap perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, perlu da adakan persiapan atau perencanaan yang baik antara lain :
1)      Merumuskan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP/terlampir.
2)      Menyiapkan tes hasil belajar (instrument) dalam bentuk objektif (tes pilihan ganda) untuk mengetahui tingkat prestasi belajar siswa/terlampir.
3)      Menyiapkan format observasi/terlampir.
b.      Tahap pelaksanaan tindakan
Pada pelaksanaan siklus II, diupayakam pelaksanaan lebih efektif dan menyenangkan dari siklus sebelumnya. Pada pelaksanaan siklus II hamper sama dengan siklus sebelumnya tetapi proses pembelajaran lebih ditekankan kepada beberapa poin aspek yang masih kurang pada siklus I. secara umum tindakan yang dilakukan pada pelaksanaan siklus II sebagai berikut :
1)      Membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
2)      Guru menyampaikan kekurangan-kekurangan pada pembelajaran sebelumnya.
3)      Guru menjelaskan kembali materi pembelajaran fikih.
c.       Tahap observasi
1)      Observasi guru
Seperti pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran fikih dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, adapun hasil observasi aktivitas mengajar guru dapat di lihat pada lampiran 10. Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil lembar hasil lembar observasi kegiatan guru, aktivitas  guru telah berada pada kategori sangat aktif, dengan skor rata-rata dari pertemuan pertama dan kedua adalah 12 atau 95 % dari aktivitas yang diharapkan, sehingga kategori aktivitas guru pada siklus II adalah sangat aktif. Artinya pada siklus II guru sudah berusaha menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas secara benar dalam pembelajaran.
2)      Observasi siswa
Selain observasi guru, dilakukan juga observasi terhadap kegiatan belajar siswa, adapun hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 11. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berlangsung dapat dapat diketahui dari lembar observasi yang diisi oleh observer, diperoleh data bahwa kategori siswa juga telah berada pada posisi aktif dengan aktifitas 95% dari aktivitas yang diharapkan.
d.      Tahap refleksi
Berdasarkan hasil observasi siswa, hasil observasi guru dan evaluasi siswa siklus II, tindakan yang dilakukan telah berhasil, karena hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas guru dan siswa masing-masing telah berada pada kategori sangat aktif. Nilai rata-rata siswa juga telah mengalami peningkatan. Begitu juga ketuntasan klasikal telah meningkat tajam.
Berdasarkan hasil evaluasi pada siklus II setelah dianalisis diperoleh data yang terlampir dapat dilihat pada lampiran 12. data hasil evaluasi pada siklus II.
C.    Analisis Data
Berdasarkan deskripsi di atas, dilakukan analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriftif  kuantitatif  terhadap data hasil evaluasi belajar siswa yang dilakukan dalam setiap siklus.
1.      Analisis Data Siklus I
Berdasarkan data pada tabel siklus I hasil evaluasi adalah dengan nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 60 dan jumlah keseluruhan nilai siswa 2185 dari 32 siswa, jadi d:apat dianalisis nilai rata-rata siswa yaitu :
M   =
      =
= 68,28

Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh nilai-nilai 68,28 dan untuk mengkategorikan tingkat kemampuan rata-rata siswa pada siklus dapat dianalisis menggunakan rumus Mean ideal (Mi) dan Standar Devisi Ideal (SDI).
Mi =  x (skor minimal + skor minimal ideal)
Mi =  x (85 + 60)
=  145
= 72,5
SDi =  (skor minimal + skor minimal ideal)
      =  (85 + 60)
      =  (25)
      = 4,17
Dengan demikian, pengkategorian tingkat kemampuan dapat dilihat melalui :
Mi + SDi               Mi + 3 SDi                  =          Tinggi
72,5 + (4,17)         72,5 + 3 (4,17)
72,5 + 4,17            72,5 12,51
76,67                     85,01
Mi – SDi               Mi + 1 SDi                  =          Sedang
72,5 – 1 (4,17)       ≤ 72,5 + 1 (4,17)
72,5 – 4,17            ≤ 72,5 + 4,17
      68, 33              ≤ 76,67
Mi – 3 SDi             Mi – 1 SDi                 =          Rendah
72,5 – 3 (4,17)       ≤ 72,5 + 1 (4,17)
72,5 – 12,51          ≤ 72,5 + 4,17
      59,99               ≤ 68,33
Jika dilihat dari Mean sama dengan 68,28 maka dapat dikategorikan tingkat prestasi belajar siswa kelas VIII MTs NW Peneda Gandor 2014/2015 termasuk dalam kategori  rendah, karena Mean 68,28 termasuk pada rentang 59,99        ≤ 68,33 dan tingkat keberhasilan yang diperoleh dari 32 siswa sebanyak 14 siswa yang memperoleh nilai di atas standar minimal atau mengalami ketuntasan belajar, dan yang memperoleh nilai di bawah standar minimal sebanyak 9 siswa, untuk mencari persentase ketuntasan dapat diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut :
KB =  x 100%
      =
     = 43,75%
Untuk kategori tingkat keberhasilan siswa dapat menggunakan interval sebagai berikut :
80 – 100    = 6 siswa
70 – 80      = 8 siswa
< 70           = 18 siswa
Pada siklus ini, hambatan-hambatan yang ditemukan adalah sebagai berikut :
a.       Metode pembelajaran yang monoton sehingga tidak membangkitkan gairah belajar siswa.
b.      Kurangnya pemahaman siswa dalam menjawab pertanyaan dariguru.
c.       Minimnya pengetahuan siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi dan catatan guru, kelemahan yang ditemukan dalam pelaksanaan siklu I dapat dipecahkan dengan cara sebagai berikut :
a.       Dibutuhkan rencana pembelajaran yang baik yang sesuai dengan kondisi siswa agar termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
b.      Merancang metode pembelajaran yang menyenangkan sesuai kondisi siswa.
c.       Menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas yang bervariasi dari sebelumnya.
d.      Guru secara kontiu dalam memberikan sugesti, dorongan dan motivasi agar aktif bertanya.
e.       Bimbingan dan pengawasan ditingkatkan agar keseluruhan siswa mampu menguasi materi.
Berdasarkan hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil tingkat prestasi belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berorentasi aktivitas siswa dari 32 ternyata sebanyak 6 siswa yang memperoleh nilai tinggi, 18 siswa yang memperoleh nilai sedang dan 8 lainnya mendapat nilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa penerapkan pendekatan pembelajaran berorentasi aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai target pencapaian yaitu 85% maka perlu diadakan tindakan berikutnya.
2.      Analisis Data Siklus II
Berdasarkan data pada table siklus II, hasil evaluasi tes siklus II dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 65 dan jumlah nilai keseluruhan 2485 jadi, dapat dianalisis nilai rata-rata siswa yaitu:
M   =
      =
= 77,65
Setelah dilakukan perhitungan, maka diperoleh Mean dan untuk mengkategorikan  tingkat kemampuan rata-rata siswa pada siklus IIdapat dianalisis menggunakan rumus Mean ideal dan Standar Devisi Ideal (SDi).
Mi =  x (skor maksimal + skor minimal)
Mi =  x (95 + 65)
=  (160)
= 80
SDi =  (skor maksimal + skor minimal)
      =  (95 + 65)
      =  (30)
      = 5
Dengan demikian, pengkategorian tingkat kemampuan dapat dilihat melalui     :
Mi + 1 SDi            Mi + 3 SDi      =          Tinggi
80 + 1 (15)            80 + 3 (5)
80 + 5                    80 +  15
85,01               95
Mi - 1 SDi             ≤ Mi + 1 SDi   =          Sedang
80 - 1 (5)               ≤ 80 + 1 (5)
80 - 5                     ≤ 80 +  15
75                    ≤ 85
Mi - 3 SDi             ≤ Mi - 1 SDi    =          Rendah
80 - 3 (5)               ≤ 80 - 1 (5)
80 - 15                   ≤ 80 -  15
65                    ≤ 75
Jika dilihat dari Mean sama dengan 77,65 maka dapat dikategorikan tingkat prestasi belajar siswa mengunakan penerapan pendekatan berorientasi aktivitas di kelas VIII MTs NW Peneda Gandor 2014/2015 termasuk dalam kategori tinggi, karena Mean 77,65 tersebut berada pada rentang 75 - ≤ 85 dan tingkat keberhasilan yang diperoleh siswa sudah mencapai target, hal tersebut terbukti dari diperoleh siswa, dari 32 sebanyak 27 siswa yang memperoleh nilai di atas standar minimal atau mengalami ketuntasan belajar. Yang memperoleh nilai di standar minimal sebanyak 5 siswa. hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan pada siklus II sudah mencapai keberhasilan dan tidak perlu melakukan tindakan berikutnya.
Sedangka ketuntasan dapat diperoleh  dengan rumus sebagai berikut :
KB =  x 100%
      =  x 100%
     = 84, 375%
Pengkategorian tingkat keberhasilan dalam penelitian siklus II sebagai berikut :
80 – 100    = tinggi
70 – 80      = sedang
< 70           = rendah
Sesuai dengan hasil perhitungan ternyata nilai perhitungan deskriptif kualitaif yang diperoleh dalam penelitian ini dari siklus II adalah :
80 – 100    = 14 siswa
70 – 80      = 13 siswa
< 70           = 5 siswa
Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas dari 32 siswa  ternyata sebanyak  5 siswa yang memperoleh nilai rendah, 13 siswa yang mendaptkan nilai sedang dan 14 lainnya mendaptkan nilai tinggi. Jadi pelaksanaan penelitian pada siklus II, bahwa pembelajaran dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dalam meningkatkan prestasi belajar fikih mencapai target 84,37% mengatasi kesulitan pada siklus I.
Jadi, persentase ketuntasan pada siklus II 96,15% melebihi tingkat persentase ketuntasan seperti pada indicator kinerja yaitu 85%.
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapt disimpulkan tidak perlu diadakan tindakan lebih lanjut karena, persentase ketuntasan pada siklus II atau putaran terakhir mencapai target yang sudah ditentukan.
D.    Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di lakukan sebagai upaya peningkatan prestasi belajar fikih siswa kelas VIII MTs NW peneda Gandor Tahun Pelajaran 2014-2015.dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. Sesuai dengan penelitian sebelumnya sebagai tolak ukur dari penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan  oleh Nursani mahasiswa Fak. Tarbiyah dengan judul model pembelajaran aktivitas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa MTs NW Pringgasela pada tahun 2012/2013 bahwa penelitian dengan menerapkan pembelajaran aktivitas menjadikan pembelajaran di dalam kelas  sangat aktif dan didapatkan siswa melakukan interaksi dengan siswa lainnya dalam proses belajar, hal tersebut dapat terlaksana karena guru sudah mulai menerapkan pembelajaranan yang mengaktifkan siswa serta guru atau pendidik sudah  memahami  tentang karakter dan potensi  pada diri setiap siswa, sehingga siswa diberikan bimbingan dan penyediaan pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan karakteristik siswa. Hal ini  sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Sanjaya (2008:139):
Aktivitas siswa ini tidak hanya dilihat dari aktivitas fisiknya saja, tetapi juga di lihat dari aktifitas mental dan intelektualnya.[1]
                                                
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya.
Selanjutnya penelitian ini dilakukan dua silklus dan masing-masing siklus dilakukan dua kali pertemuan dengan alokasi masing-masing selama 2 x 45 menit, penelitian ini dilakukan sesuai dengan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas iang dimulai dari tahapan perencanaan, observasi, evaluasi dan tahapan refleksi.
Berdasarkan hasil analisis yang telah didapatkan dari siklus satu dan siklus dua menunjukkan adanya peningkatan dan perbaikan dalam proses belajar mengajar baik dari siswa maupun guru, pada siklus pertama menunjukkan bahwa persentase ketentutasan belajar sebesar 68,28% dari 32 siswa. Ini berarti ketuntasan belajar belum tercapai, sesuai dengan ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85%. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga penyerapan siswa terhadap materi yang belum optimal, akibatnya keefektifan dalam belajar tidak tercapai. Sebagian besar siswa tidak mempelajari materi sebelumnya dan ini merupakan mettode yang baru mereka kenal jadi banyak siswa yang mendapatkan kesulitan dalam mengerjakan tugas, siswa masih belum berani mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Untuk mengatasi hal ini guru melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran dan menambah hal-hal yang masih dianggap kurang yaitu dengan cara memberikan motivasi dan bimbingan yang lebih baik lagi pada siswa-siswa dalam belajar.
Pada siklus kedua guru dan  siswa yang melakukan perbaikan-perbaikan pada proses belajar mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran, lembar observasi dan refleksi. Guru lebih menekankan pada keaktifan aktivitas dalam kelas, pemberian tugas kepada siswa dan intraksi siswa. serta memberikan motivasi dan bimbingan yang lebih optimal pada siswa yang mengalami kesulitan belajar khususnya pada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar pada siklus pertama. Pada  siklus kedua, siswa telah menunjukkan keterlibatannya secara aktif walaupun masih ada satu atau dua yang belum, siswa cukup aktf dalam bertanya, apabila ada yang belum dimengerti sehingga suasana kelas lebih hidup dari yang sebelumnya. Dari analisis siklus kedua di peroleh persentase ketuntasan belajar sebesar 77,65% dari 32 siswa, ini menunjukkan bahwa pada siklus kedua sudah memenuhi target KKM yang telah ditentukan, ini menunjukkan bahwa siswa merasa senang dan termotivasi belajar Fikih dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa. maka dengan ini  pula penelitian selesai pada tahap ini karena hasil yang diperoleh memberikan informasi untuk mengambil suatu kesimpulan.
Sesuai dengan hasil penelitian dapat dinyatakan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa kelas VIII MTs NW Peneda Gandor tahun pelajaran 2014-2015.















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Keberhasilan penerapan Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa sebagai upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII MTs NW Peneda Gandor. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam proses pembelajaran yang meliputi kesiapan dan keaktifan pada saat proses pembelajaran, juga ditunjukkan adanya peningkatan nilai skor tes akhir dari masing-masing siklus, prosentase peningkatan semangat belajar. Pada  siklus I ketuntasan belajar belum mencapai 85% dengan KKM 70. Sedangkan nilai yang didapat 68,33 ini disebabkan karena belum sepenuhnya pembelajaran direspon dengan baik oleh siswa. sampai pada siklus II yaitu terdapat peningkatan persentase ketuntasan yaitu sebesar 77,65. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam kategori tinggi di atas rata-rata (77,65%). Sedangkan peningkatan tes akhir dari, siklus 1, sampai siklus 2 dapat dilihat dari nilai rata-rata pada masing-masing siklus yaitu 43,75% meningkat menjadi 84,37%. Dan peningkatan tersebut di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.
Penelitian tindakan atau PTK yang dilaksanakan oleh peneliti di MTs NW Peneda Gandor dengan menerapkan Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) membawa dampak yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik terutama mengurangi kejenuhan dan sebagai variasi pembelajaran.
Pembelajaran fiqih dengan Pendekatan Aktivitas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat belajar peserta didik yaitu pendekatan yang berusaha untuk mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik guna mencapai kompetensi yang diharapkan.
B.     Saran
Dalam proses KBM hendaknya guru harus benar-benar paham, menyiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin agar materi tersampaikan secara maksimal.
Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan memperkaya variasi mengajar. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh peserta didik. Adapun saran-saran disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah :
1.      Diharapkan bagi guru agar menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas dalam proses pembelajaran, karena pendekatan ini dapat meningkatkan aktivitas, kreatifitas, motivasi dan hasil belajar belajar.
2.      Bagi lembaga pendidikan seperti MTs NW Peneda Gandor penerapan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas dapat digunakan dalam proses belajar mengajar untuk beberapa pelajaran yang lain.


[1]. Dr.Rusman,M.pd. Model-model pembelajaran, Rajawali pers. hal 395
 

Komentar

Postingan Populer