MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIKIH KELAS VIII MTs. NW PENEDA GANDOR TAHUN PELAJARAN 2014/2015
MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERORIENTASI
AKTIVITAS SISWA UNTUK MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR FIKIH
KELAS VIII MTs.
NW PENEDA GANDOR
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Di Ajukan Kepada Institut Agama Islam Hamzanwadi IAIH
Sebagai Salah
Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Serjana S1 Pendidikan Agama islam
Oleh :
ABDUL HAYYI
NPM : 10.01.01.0002
INSTITUT AGAMA
ISLAM HAMZANWADI PANCOR
FAKULTAS
TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK
2014-2015
INSTITUT AGAMA ISLAM
HAMZANWADAI PANCOR
FAKULTAS
TARBIYAH
STATUS
TERAKREDITASI “A”
Jln TGKH.M.
Zainuddin Abdul Majid No. 70 Pancor
Selong ( 83611 )
Lombok Timur
NTB Telp ( 0376 ) 22566
LEMBAR
PERSETUJUAN
Skripsi Berjudul :MENERAPKAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN
BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR FIKIH
KELAS VIII MTs. NW PENEDA GANDOR TAHUN
PELAJARAN 2014/2015.
Ditulis
Oleh : ABDUL HAYYI
NPM : 10.01.01. 0002
Harap kami supaya dalam waktu yang telah
ditentukan nanti saudara tersebut dapat dipanggil munaqasah skripsi di depan
dewan penguji.
Disetujui pada tanggal 2014
Pembimbing I
Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S,
M.Ag
NUP. 041 9601
032
|
Pembimbing II
SYAMSUL
RIZAL,M.Pd
NIS. 041
9601 050
|
PROGRAM STUDI PENDIDIKANAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
HAMZANWADAI PANCOR
Jln TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid
No. 70 Pancor Selong ( 83611 )
Lombok Timur NTB Telp ( 0376 ) 22566
HALAMAN
PENGESAHAN
Skripsi
Berjudul : MENERAPKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN
BERORINTASI AKTIVITAS SISWA UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIKIH KELAS
VIII
MTs.
NW PENEDA GANDOR TAHUN PELAJARAN
2014/2015.
Ditulis oleh
: ABDUL HAYYI
NPM
: 10.01.01.
0002
Telah dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana S1 Pendidikan Agama Islam.
Pancor,
12 Oktober 2014
Dekan
Fakultas Tarbiyah
Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S,
M.Ag
NIS. 041 9061
032
|
INSTITUT AGAMA ISLAM
HAMZANWADAI PANCOR
FAKULTAS
TARBIYAH
STATUS
TERAKREDITASI “A”
Jln TGKH.M.
Zainuddin Abdul Majid No. 70 Pancor
Selong ( 83611 )
Lombok Timur
NTB Telp ( 0376 ) 22566
Pancor, 2014
Hal : Munaqasah Skripsi Kepada
:
Yth.
Bapak Dekan Fakultas
Tarbiyah
IAIH Pancor
di_
Pancor
Bismillahiwabihamdihi
Assalamualaikum
Warahmatullahi wabarokatuh
Setelah diperiksa dan diadakan perbaikan sesuai petunjuk, maka kami
berpendapat bahwa skripsi saudara:
Nama : ABDUL HAYYI
NPM : 10.01.01.0002
Program
Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul :MENERAPKAN PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
BERORINTASI AKTIVITAS SISWA UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR FIKIH KELAS
VIII MTs. NW PENEDA GANDOR TAHUN PELAJARAN
2014/2015.
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang Munaqasah
Skripsi, program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) IAI Hamzanwadi Pancor.
Untuk itu kami berharap agar skripsi ini dapat di Munaqasahkan. Demikian atas
perhatiannya kami sampaikan terima kasih.
Wallahul
muwaffiku walhadi ila Sabililrasad
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Pembimbing II
SYAMSUL
RIZAL,M.Pd
NIS. 041
9061 050
|
Pembimbing I
Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S,
M.Ag
NUP. 041
9061 032
|
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADAI
PANCOR
FAKULTAS
TARBIYAH
STATUS
TERAKREDITASI “A”
Jln TGKH.M.
Zainuddin Abdul Majid No. 70 Pancor
Selong ( 83611 )
Lombok Timur
NTB Telp ( 0376 ) 22566
Pancor, 2014
NOTA DINAS
Lam : 4 Eksemplar
Hal : Skripsi saudara ABDUL
HAYYI
Kepada :
Yth. Bapak Dekan Fakultas
Tarbiyah IAIH Pancor
di_
Pancor
Bismillahiwabihamdihi
Assalamualaikum Warahmatullahi
wabarokatuh
Setelah kami mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini kami kirim naskah skripsi saudara ABDUL HAYYI dengan judul skripsi
sebagai berikut :
”Menerapkan pendekatan pembelajaran berorintasi aktivitas siswa untuk meningkatkan prestasi belajar
fikih kelas VII MTs NW Peneda Gandor
tahun pelajaran 2014/2015”.
Harap kami supaya dalam waktu yang
ditentukan nanti, saudara tersebut dapat dipanggil untuk tujuan skripsi. Sekian
dan terima kasih.
Wallahul
muwaffiku walhadi ila Sabililrasad
Wassalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarokatuh
Pembimbing II
SYAMSUL
RIZAL,M.Pd
NIS. 041
9061 050
|
Pembimbing I
Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S,
M.Ag
NUP. 041
9061 032
|
PROGRAM STUDI PENDIDIKANAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
HAMZANWADAI PANCOR
Jln TGKH.M. Zainuddin Abdul Majid
No. 70 Pancor Selong ( 83611 )
Lombok Timur NTB Telp ( 0376 ) 22566
LEMBAR PENGESAHAN
TIM PENGUJI
Skripsi atas
nama : ABDUL HAYYI, NPM :10.01.01.0002 telah di pertahankan dan disahkan di
depan Tim Penguji, Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Hamzanwadi
Pancor.
Pada
Hari : Minggu
Tanggal : 12 Oktober 2014
Waktu : 15.30 WITA
Tempat :
Ruang Ujian/Kampus IAIH Pancor
Skripsi ini
merupakan benar-benar karya penulis dan apabila dikemudian hari di temukan
penyimpangan-penyimpangan, penulis bersedia bertanggung jawab atas segala konsekwensinya.
TIM PENGUJI
Ketua Sidang/Pembimbing I
Dr. FATHURRAHMAN MUHTAR, S.S, M.Ag
NIS. 041 9602 032
Sekretaris Sidang/Pembimbing II
SYAMSUL RIZAL, M.Pd
NIS. 041 9061 050
Penguji I
Drs. H. M. SYAFI’I AHMAD, M.A
NIS,041 9601 026
Penguji II
MASTUR, M.A
NIS.041 9601 078
IDENTITAS PENULIS:
Nama :
ABDUL HAYYI
NPM : 10.01.01.0002
TTL : Loang Tuna, 28 Mei 1992
Alamat : Dusun Banjar Getas, Desa Banjar
Sari Kec. Labuhan Haji-Lotim
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan : Pendidikan Agama Islam*
MOTTO
:
Setinggi
apapun cobaan, namun “Sekali kaki melangkah kedepan
pantang surut mundur kebelakang”
“Semakin
tinggi cobaan, semakin membaja iman, semakin mengkristal akidah, semakin
terbentuk keyakinan”;
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Kedua
orang tuaku, Ibuku (Mahnim) Ayahku (Napsiah) yang telah memberikan sugesti,
dorongan dan do’a restu yang
tak pernah henti. Serta saudaraku,
kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan moril dan materil, Berkat jerih
payah kalian saya bisa menyelesaikan pendidikan tinggi sebagai bekalku kelak
dimasa depan.
2. Untuk
guru-guruku yang telah memberikan ilmunya, yang selalu memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan, saya selalu berdo’a semoga Alloh SWT,
memberikan balasan terhadap pengabdian engkau dan ilmu yang telah engkau
berikan menjadi bermanfaat dan mendapat barokah.
3. Sahabat
dan teman-temanku yang selalu
menemaniku, yang rela meluangkan waktu
untuk bersama mengabdi di masyarakat membina majlis pengajian bersama majlis
Rosul, Fisabillilah, semoga Allah SWT, membalas kebaikan
kalian semua.
KATA PENGANTAR
Dengan mengharap ridho dan rahmat Allah SWT,
semoga kita selalu dalam keadaan sehat Walafiat, seraya mengucapkan puji syukur
kehadiratNya atas rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul : “Pendekatan
Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Fikih Kelas VIII MTs NW Peneda Gandor 2014/2015”. Berkat Rosul termulia Muhammad SAW, semoga sholawat dan salam selalu
terlimpah kepada beliau, agar kita mendapatkan Syafa’at kelak di hari kiamat.
Dalam penyusunan skripsi ini tentunya banyak pihak
yang telah memberikan sugesti, dorongan, rangsangan, serta dukungan moril dan
meteril. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.
Bapak Dr. TGH.
M. Zainul Majdi, MA; selaku Rektor Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor.
2.
Bapak Dr.
Fathurrahman Muhtar, S.S, M.Ag. selaku Dekan Fak. Tarbiyah yang sekaligus
sebagai Pembimbing I dan Bapak Syamsul Rizal, M.Pd
Pembimbing II
3.
Bapak / Ibu
dosen dan ketua jurusan PAI Fakultas Tarbiyah yang telah memberikan ilmu dan
bimbingannya. Sehingga skripsi ini dapat kami selesaikan dengan baik.
4.
kepada Bapak
kepala Madrasah serta Bapak/Ibu guru MTs NW Peneda Gandor yang telah menerima
kami untuk melaksanakan penelitian.
5.
Juga kepada
orang tua, saudaraku dan teman-temanku semua yang telah memberikan bantuan
moril dan materil, sehingga dengan sumbangsih kalian skripsi ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapat
gelar serjana S1 Pendidikan Agama Islam serta untuk dipertimbangan dan
dipermakluman kepada pihak lembaga Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH)
Pancor bahwa benar kami selaku Mahasiswa IAI HAMZANWADI Pancor, telah
melaksanakan kegiatan penelitian di MTs
NW Peneda Gandor pada tahun pelajaran 2014-2015. Tentu penunils menyadari bahwa
dalam penyusunan skripsi terdapat kekurangan, namun kekurangan tersebut tidak
membuat kami berputus asa justru akan kami jadikan motivasi untuk menyusun skripsi
agar lebih baik lagi. Penulis berharap kiranya segala bantuan, arahan dan
bimbingan yang diberikan tersebut tercatat sebagai amal ibadah kepada Allah
SWT.
Akhirnya inilah yang dapat kami sampaikan dan
mudah-mudahan dapat bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
perkembangannya, khususnya metode pengajaran dimasa yang akan datang. Terima
kasih atas perhatiannya mohon maaf atas segala kekurangan. Wassalamu’alikum Wr.
Wb.
Pancor, 20 September 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................ iv
MUNAQASAH SKRIPSI................................................................................................ v
NOTA DINAS................................................................................................................. vi
PENGESAHAN TIM PENGUJI................................................................................... vii
MOTTO.......................................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR...................................................................................................... x
DAFTAR ISI.................................................................................................................. xii
ABSTRAK...................................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A.
Latar
Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B.
Identifikasi
Masalah ............................................................................................. 5
C.
Rumusan
Maslah................................................................................................... 5
D.
Tujuan
Penelitian .................................................................................................. 6
E.
Manfaat
Penelitian ................................................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................... 8
A.
Pengertian
Contextual Teaching and Learning .................................................... 8
B.
Langkah-langkah
Contextual Teaching and Larning............................................ 9
C.
Implementasi
Pembelajaran Kontekstual di kelas................................................. 9
D.
Karaktistik
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning............................ 15
E.
Pengertian
Prestasi Belajar.................................................................................. 16
F.
Pengertian
Sejarah Kebuday1an Islam................................................................ 18
G.
Kerangka
Berfikir ............................................................................................... 22
H.
Hipotesis
Tindakan.............................................................................................. 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 24
A.
Pendekatan
Penelitian ........................................................................................ 24
B.
Jenis
Penelitian.................................................................................................... 24
C.
Tempat
dan Waktu Penelitian ............................................................................ 25
D.
Rancangan
Penelitian.......................................................................................... 25
E.
Tekhnik
dan Instrumen Pengumpulan Data........................................................ 28
F.
Teknik
Analisis Data .......................................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 43
A.
Gambaran
Umum Lokasi Penelitian.................................................................... 43
B.
Deskripsi
Data..................................................................................................... 35
1.
Deskripsi
Data Siklus I.................................................................................. 36
2.
Deskripsi
Data Siklus II................................................................................ 39
C.
Analisis
Data....................................................................................................... 41
1.
Analisis
Data Siklus I.................................................................................... 41
2.
Analisis
Data Siklus II................................................................................... 46
D.
Pembahasan......................................................................................................... 50
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 53
A.
Kesimpulan
......................................................................................................... 53
B.
Saran
................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN
ABSTRAK
Hadriawanm, 2014. penerapan model contextual teaching and
learning (CTL) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran sejarah kebudayaan islam di kelas viii mtsnw praida kroya
Penelitian ini menggunakan studi
tindakan kelas (Action Research Classroom) pada peserta didik kelas VIII MTs NW
Praida Kroya. Dari hasil observasi secara langsung melalui pra siklus
penelitian tindakan dapat diketahui bahwa guru mata pelajaran SKI belum
sepenuhnya mengedepankan pembelajaran aktif. Hal ini terbukti dengan adanya
hasil belajar peserta didiknya yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM).
Dengan metode satu arah itu peserta
didik cenderung pasif. Hal ini dapat dilihat dari kesiapan dan keaktifan pada
saat KBM berlangsung kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam KBM
menggambarkan semangat untuk mengikutinya. Peneliti menerapkan model Contextual Teaching
and Learning (CTL) yaitu pada kelas VIII
yang berjumlah 20 peserta didik.
Dengan menerapkan model contextual
teaching and learning (CTL) kepada siswa diharapkan siswa selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan
belajar mengajar bermakna apabila terjadi kegiatan peserta didik. Model
pembelajaran tersebut dapat menghindarkan pembelajaran yang mengarah pada apa
yang disebut sebagai “teaching to the best” atau mengajar yang diarahkan
hanya untuk menghadapi soal-soal ujian.
Untuk itulah pentingnya pembelajaran yang mengaktifkan siswa patut diterapkan
sepenuhnya oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. oleh karena itu penting
sekali oleh setiap pendidik memahami sebaik baiknya tentang karakter dan
potensi pada diri setiap peserta didik agar dapat memberikan bimbingan dan
penyediaan belajar yang tepat dan sesuai dengan karakteristik peserta didik. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap: pra siklus, siklus
satu, dan siklus dua.
a.
Pada tahap pra siklus semangat belajar peserta didik, prsentasenya
61%,
rata-rata tes 63,85.
b. Siklus 1, semangat belajarnya 68,33%, rata-rata tes 69%
c. Siklus 2, semangat belajarnya 77,25.%, rata-rata tes 80%
Berdasarkan hasil analisis yang telah didapatkan dari siklus satu
dan siklus dua menunjukkan adanya peningkatan dan perbaikan dalam proses
belajar mengajar baik dari siswa maupun guru, Sesuai dengan hasil penelitian
dapat dinyatakan bahwa penggunaan model contextual teaching and learning (CTL) dapat
meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa kelas VIII MTs NW Praida Kroya
tahun pelajaran 2014-2015.
[*] Dok.
TV Indosiar ceramah KH.M. Zainuddin MZ.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan menjadi
sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan
berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan
lingkungan hidup manusia itu sendiri, sebagaimana firman Allah SWT:
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Artinya: Mereka
mengatakan: Maha suci Engkau, kita tidak punya pengetahuan melainkan apa yang
Engkau ajarkan kepada kita: sesungguhnya Engakau Maha Mengetahuai lagi Maha
Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah : 32.)[1]
Menurut teori psikologi, anak yang rasional selalu
bertindak sesuai tingkatan perkembangan umur mereka. Ia mengadakan
reaksi-reaksi terhadap lingkungannya, atau adanya aksi dari lingkungan maka ia
melakukan kegiatan atau aktivitas. Dalam pendidikan kuno aktivitas anak tidak
pernah diperhatikan karena menurut pandangan mereka anak dilahirkan tidak lain
sebagai “orang dewasa dalam bentuk kecil”. Ia harus diajarkan menurut kehendak
orang dewasa. Karena itu ia harus menerima dan mendengar apa-apa yang diberikan
dan disampaikan orang dewasa/guru tanpa dikritik. Anak tak obahnya seperti
gelas kosong yang pasif menerima apa saja yang dituangkan ke dalamnya.
Pandangan yang lebih maju (modern) menganggap hal
tersebut di atas sesuatu yang keterlaluan, menyiksa serta mengingkari harkat
kemanusiaan anak. Aliran modern ini merombak dan mengubah pandangan itu dan
menggantikannya dengan penekanan pada kegiatan anak dalam proses pembelajaran.
Anak aktif mencari sendiri dan bekerja sendiri. dengan demikian anak akan lebih
bertanggung jawab dan berani mengambil keputusan sehingga pengertain mengenai
suatu persoalan benar-benar mereka pahami dengan baik. Walaupun mereka
mengambil keputusan sendiri berdasarkan kata hatinya, namun putusan mereka
tersebut berhubungan juga dengan masyarakat, sebab individu itu baru berarti
kalau ia telah berada dalam masyarakat.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak
siswa kelas VIII MTs NW Peneda Gandor bersikap pasif ketika
berlangsung pembelajaran di kelas. Selama
pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik. Ketika guru
mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam, demikianpun ketika guru
memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar. Apalagi ketika
guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Adanya anggapan bahwa fiqih hanyalah
pelajaran yang dihafal dan tidak termasuk pelajaran yang menentukan saat akhir
sekolah, inilah yang membuat peserta didik statis dan kurang berprestasi.
Fiqih yang merupakan dari bagian PAI
tentu dalam pengajarannya guru dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan
sistem belajar mengajar secara kreatif, imajinatif, menguasai metode
penyampaian yang mampu memotivasi siswa, proses KBM yang menyenangkan. Ketaatan
siswa untuk mengikuti pelajaran PAI, pada umumnya karena paksaan/kewajiban dan
ini berakibat pada sasaran keberhasilannya. Di sisi lain apa yang diperoleh
siswa dari guru agama seringkali tidak mencerminkan perkembangan pendekatan
dengan yang mereka alami dalam kehidupan masyarakat.
Seorang guru berusaha untuk
merancang konsep pembelajaran di kelas yang mampu membangkitkan semangat
peserta didik, dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila konsep
dan program pembelajaran disusun dengan baik. Berbicara mengenai peserta didik
dalam proses KBM bahwa semangat mereka dalam melaksanakan tugas guru dirasa
masih belum sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, yaitu mampu belajar
mandiri, mengembangkan ide dan memiliki kemampuan berfikir tinggi, hal ini akan
berpengaruh terhadap hasil belajarnya.
Mata pelajaran fiqih cenderung
menghafal dari pada mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini
masih sangat bergantung oleh seorang guru. Pengalaman pembelajaran tersebut menumbuhkan
dinamika baru bagaimana hal yang kurang baik itu dapat diubah untuk diperbaiki
kemudian muncul suatu gagasan untuk berkolaborasi mencari solusi.
Sehagaimana dijelaskan di atas bahwa proses belajar yang menarik
dan aktif adalah keinginan setiap praktisi pendidikan. Seorang guru dalam
sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk menggunakan berbagai metode yang
menarik untuk menciptakan proses belajar yang kondusif. Salah satu metode yang
menarik dalam proses belajar mengajar adalah metode pendekatan aktivitas,
dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau berpusat pada keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar (Student Center). Dengan
pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student Activity)
diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya juga diikuti
dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan
menekankan pada aktivitas siswa perlu dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini
dapat dilakukan apabila pola interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan
baik. Namun hal lain yang juga sangat penting dalam melaksanakan kegiatan
tersebut demi meningkatkan motivasi belajar dan aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar adalah kemampuan guru dalam merencanakan suatu proses kegitan
belajar mengajar sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan
sebuah penelitian tindakan kelas dengan berfokus pada peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Fikih
Melalui “Pendekatan Pembelajaran Berorientasis Aktivitas
Siswa”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang
tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penetiti dapat merumuskan beberapa
fokus penelitian sebagai berikut :
1.
Bagaimana
penerapan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata
pelajaran fikih kelas VIII MTs NW Peneda Gandor tahun
pelajaran 2014/2015.
2. Apakah pendekatan pembelajaran berorientasi aktifitas siswa dapat
meningkatkan prestasi belajar fikih
kelas VIII MTs NW Peneda Gandor tahun pelajaran 2014/2015.
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah
tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan :
1.
Untuk
mengetahui penerapan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa pada mata pelajaran fikih kelas VIII MTs NW Peneda Gandor tahun tahun pelajaran 2014/2015.
2.
Untuk
mengetahui tingkat prestasi belajar
fikih menggunakan pendekatan pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa di kelas VIII di MTs NW Peneda Gandor tahun pelajaran 2014/2015.
D.
Manfaat Penelitian
Hasil dan
penelitian ini diharapkan bermanfaat dari segi teoritis dan praktis, serta bisa
memberikan kontribusi dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran fikih dan diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1.
Secara
teoritis
penelitian
tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai
strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi
aktivitas pada mata pelajaran fikih pada siswa MTs NW Peneda Gandor kelas
VIII tahun pelajaran 2014/2015.
2.
Secara
praktis
Secara praktis,
penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
a.
Bagi
guru atau pendidik
Menambah wawasan, pengetahuan dan
diharapakan guru dapat menerapkan pendekatan tersebut dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang fikih pada siswa kelas VIII Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor melalui implementasi pendekatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
berorientasi aktivitas.
b.
Bagi
peserta didik
Untuk meningkatkan,
minat, prestasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi berorientasi aktivitas
c.
Bagi
Madrasah
Sebagai satu masukan atau solusi untuk mengetahui
hambatan dan kelemahan penyelenggaraan pembelajaran serta sebagai upaya untuk
memperbaiki dan mengatasi masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas,
sehingga dapat meningkatkan motivasi dan belajar siswa dengan harapan akan diperoleh
hasil prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah/madrasah MTs NW Peneda Gandor.
BAB II
LANDASAN TEORI
Telah dimaklumi bahwa satu kegiatan awal yang dilakukan dalam
suatu proses penelitian adalah kajian pada teori. Proses ini dimaksud untuk
menyesuaikan informasi dengan permasalahan peneliti yang mungkin dapat
mengarahkan peneliti untuk mendapatkan solusi terhadap masalah tersebut. Oleh
karena itu, dalam bagian ini peneliti akan menguraikan atau membahas tentang :
1.
Hakekat belajar dan Pengertian prestasi
belajar
2.
Pengertian
Fikih dan pembelajaran Fikih
3.
Pengertian
Pendekatan Berorientasi Aktivitas
4.
Penerapan
PBAS dalam pembelajaran
5.
Peran
guru dalam menerapkan PBAS
A.
Hakekat Belajar dan Prestasi Belajar
1.
Belajar
dan Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu
makin pesat, arus globalisasi semakin hebat. Akibat dari fenomena tersebut
muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, terutama lapangan pekerjaan.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan sumber daya yang berkualitas
dan sumber daya yang berkualitas tidak lepas dari belajar dan pembelajaran.
Menurut pengertian secara fsikologi, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai berikut :
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.[2]
Skinner
berpandangan bahwa belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka
responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun. Dalam belajar di temukan adanya hal sebagai berikut :
a.
Kesempatan
terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar.
b.
Konsekwensi
yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang
menguatkan konsekwensi tersebut. Sebagai ilustrasi, prilaku respons si
pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik
diberi teguran dan hukuman.[3]
Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan
diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
Adapun pengertian belajar secara umum menurut Tim MKDK IKIP
Semarang antara lain:
a.
Belajar
adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan
secara genetik.
b.
Pada
dasarnya belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung dari
pengalaman dan bukan akibat hubungan dalam sistem syaraf yang dibawa sejak
lahir.
c.
Belajar
dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku
latihan atau pengalaman.
Skiner, berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung
secara progresif.[4]
Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil sebagai pengalamannya
sendiri dalam intraksi dengan lingkungannya.[5] Menurut Gagne belajar merupakan :
kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.[6]
Menurut Gagne
belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal, kondisi
internal, dan hasil belajar. Komponen tersebut dapat dilihat dalam bagan
berikut.[7]
Kondisi internal belajar
Hasil belajar
Invormasi
verbal
Ketermpilan
intelek
Keterampilan
motorik
Sikap
Siasat
kognitif
|
Berinteraksi
|
Acara
pembelajaran
|
Stimulus
dari lingkungan
|
Keadaan
internal dan
Proses
kognitif siswa
|
Kondisi
eksternal belajar
Gambar 3.1 Bagan komponen belajar
Menurut pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu proses aktif yang disengaja sehingga menyebabkan perubahan tingkah
laku menuju ke arah yang lebih sempurna. Kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku merupakan proses belajar. Sedangkan perubahan
tingkah laku itu sendiri
merupakan hasil belajar, dengan demikian belajar akan menyangkut proses
belajar dan hasil belajar.
2.
Pengertian
Prestasi belajar
Prestasi
adalah hasil dari satu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara
individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama
seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan, untuk mendapatkan
prestasi tidak semudah yang dibayangkan tetapi penuh perjuangan dengan berbagai
tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai hanya dengan keuletan, ketekunan
dan optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah
pencapaian prestasi itu harus dengan jalan keuletan kerja. Menurut Mas’ud
Khasan Abdul Qohar menjelaskan bahwa prestasi adalah :
“apa
yang telah dapat di ciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang
di peroleh dengan jalan keuletan kerja. Dan sampai itu, bahwa prestasi adalah
penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan
dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta
nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum”.[8]
Dari
uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan
hasil belajar yang telah dicapai oleh peserta didik setelah melalui proses
belajar yang terencana dan terorganisir dengan baik. Sedangkan pengertian
belajar secara umum adalah suatu proses perubahan tingkah laku, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak bisa
menjadi bisa, dan sebagainya. Keberhasilan pembelajaran tersebut dapat
ditunjukkan dengan prestasi belajar.
Prestasi
belajar dibidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik
yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses
pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen yang relevan.
Proses
belajar mengajar memang peran yang penting dalam suatu pembelajaran. Kegiatan
belajar mengajar bermakna apabila terjadi kegiatan peserta didik oleh karena
itu penting sekali oleh setiap pendidik memahami sebaik baiknya tentang
karakter dan potensi pada diri setiap peserta didik agar dapat memberikan
bimbingan dan penyediaan belajar yang tepat dan sesuai dengan karakteristik
peserta didik. Adapun yang mempengaruhi prestasi belajar siswa;
Slameto
menjelaskan bahwa secara umum prestasi belajar yang dicapai siswa dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor internal (dari dalam individu) dan faktor
eksternal (dari laur indifidu).
a.
Faktor
Internal
Faktor
internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Prestasi belajar siswa yang datang dari dalam diri siswa dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut.
1)
Kesehatan
Kesehatan
berarti keadaan tubuh beserta bagian-bagianya bebas dari penyakit. Kesehatan
seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Kesehatan yang tetap terjamin
membuat siswa belajar dengan baik. Cacat tubuh
adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh atau badan. Cacat tubuh dapat berupa buta, setengah buta, tuli, patah
kaki, dan lain-lain.
2)
Intelegensi
atau kemampuan
Inelegensi
adalah suatu kecakapan yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyelesaikan
kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan
konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya
dengan cepat. Siswa yang memiliki intelegensi yang tinggi akan berhasil dari
pada yang mempunyai intelegensi yang rendah.
3)
Perhatian
Perhatian
keaktifan jiwa yang yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada
suatu obyek (benda) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar
yang lebih baik, maka siswa harus mempunyai perhatian yang tinggi terhadap
bahan yang dipelajari.
4)
Minat
Minat
adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan yang disertai dengan rasa senang. Siswa akan rajin belajar apabila
bahan pembelajaran yang dipelajari sesuai dengan minatnya.
5)
Bakat
Bakat
adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu harus terelisasi menjadi
kecakapan yang yata sesudah belajar atu berlatih. Hasil belajar siswa akan
lebih baik jika bahan yang dipelajari sesuai denagan bakat siswa.
6)
Motif
Motif
adalah penggerak dan pendorong untuk belajar. Jadi motivasi dapat
dijadikan dasar permulaan yang baik
untuk belajar karena tampa motivasi kegiatan balajar mengajar sulit untuk
berhasil.
b.
Faktor
Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor
yang berasal dari luar diri siswa sendiri yang terdiri dari :
1)
Faktor
keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat besar di dalam
pendidikan anaknya. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama.
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap belajar anak berupa cara orang tua
mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan
ekonomi keluarga.
2)
Faktor
sekolah
Sekolah memiliki peranan dalam meneruskan dan
mengembangkan pendidikan yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh lingkungan sebagai
lembaga pendidikan informal tertulis. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar antara lain model
pembelajaran, metode mengajar, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan
siswa, tugas rumah, dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya
proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.
Salah satu yang diduga mempengaruhi kualitas pengajaran adalah
variabel guru. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik
dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang
positif bagi kegiatan belajar siswa.
B.
Pengertian dan Pembelajaran Fikih
1.
Pengertian
Fikih
Kata fiqih ( فقه ) secara bahasa punya dua makna. Makna pertama
adalah al-fahmu al-mujarrad (الفهم المجرّد ), yang artinya adalah mengerti secara langsung
atau sekedar mengerti saja. Makna yang kedua adalah al-fahmu ad-daqiq (الفھم الدقیق) yang artinya adalah mengerti atau memahami
secara mendalam dan lebih luas.
Kata fiqih yang berarti sekedar mengerti atau
memahami, disebutkan di dalam ayat Al-Quran Al-Karim, ketika Allah menceritakan
kisah kaum Nabi Syu’aib alaihissalam yang tidak mengerti ucapannya.
قَالُوا
يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيرًا مِمَّا تَقُولُ
“Mereka
berkata: "Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu
katakan itu."
(QS. Hud: 91).[9]
Di ayat lain
juga Allah SWT berfirman menceritakan tentang orang-orang munafik yang tidak
memahami pembicaraan.
فَمَالِ
هَؤُلاءِ الْقَوْمِ لا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا
Katakanlah:
"Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu
(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?”
(QS.
An Nisa:78)[10]
Sedangkan makna fiqih dalam arti
mengerti atau memahami yang mendalam, bisa temukan di dalam Al- Quran Al-Karim
pada ayat berikut ini :
وَمَا كَانَ
الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ
مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا
رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
"Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya."
(QS. At-Taubah :122)[11]
Dalam prakteknya, istilah fiqih ini
lebih banyak digunakan untuk ilmu agama secara umum, dimana seorang yang ahli
di bidang ilmu-ilmu agama sering disebut sebagai faqih, sedangkan seorang yang
ahli di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau arsitektur misalnya, tidak
disebut sebagai faqih atau ahli fiqih.
Sedangkan secara istilah, kata fiqih
didefinisikan oleh para ulama dengan berbagai definisi yang berbeda-beda.
Sebagiannya lebih merupakan ungkapan sepotong-sepotong, tapi ada juga yang
memang sudah mencakup semua batasan ilmu fiqih itu sendiri. Al-Imam Abu Hanifah
punya definisi tentang fiqih yang unik, yaitu :
معرفة
النفس مالها وما عليها
ma’rifatunnafsi
maalahaa wamaa alaihaa
"Mengenal
jiwa manusia terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya.”
Sebenarnya definisi ini masih
terlalu umum, bahkan masih juga mencakup wilayah akidah dan keimanan bahkan
juga termasuk wilayah akhlaq. Sehingga fiqih yang dimaksud oleh beliau ini
disebut juga dengan istilah Al-Fiqhul Akbar. Adapun definisi yang lebih
mencakup ruang lingkup istilah fiqih yang dikenal para ulama adalah:
العلمُ
بالاحكامِ الشّرعِيَّةِ العَمَلِيِّةِ المُكْتَسَبُ مِنْ أدِلَّتِهاالتَّفْصِيْلِيَّةِ
”Ilmu
yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang
diambil dari dalil-dalil secara rinci,”
Secara sederhana kita bisa simpulkan bahwa fiqih adalah kesimpulan
hukum-hukum bersifat baku hasil ijtihad ulama yang bersumber dari Al-Quran,
sunnah, ijma, qiyas dan dalil-dalil yang ada.
2.
Pembelajaran
Fikih
Mata
pelajaran fiqih dalam kurikulum MTs adalah salah satu bagian mata
pelajaran PAI yang diarahkan untuk
menyiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati dan
mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (Way
of Life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan
pengalaman dan pembiasaan.
Fiqih
di MTs bertujuan untuk membekali peserta
didik agar dapat mengetahui dan memahami
pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan
menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan
aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. Pembelajaran fiqih diarahkan
untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum islam dan
tata cara pelaksanaanya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehingga menjadi
muslim yang selalu taat menjalankan syariat islam secara kaffah
(sempurna)
Ruang
lingkup fiqih di MTs dalam kurikulum berbasis kompetensi berisi
pokok-pokok materi:
a. Hubungan
manusia dengan Allah SWT.
Hubungan manusia
dengan Allah SWT., meliputi materi: Thaharah, Shalat,
Zakat, Haji, Aqiqah, Shadaqah, Infak, Hadiah dan Wakaf.
b. Hubungan
manusia dengan sesama manusia.
Bidang
ini meliputi Muamalah, Munakahat, Penyelenggaraan Jenazah dan
Taíziyah, Warisan, Jinayat, Hubbul Wathan dan Kependudukan.
c. Hubungan
manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.
Bidang
ini mencakup materi, Memelihara kelestarian
alam dan lingkungan, Dampak kerusakan lingkungan
alam terhadap kehidupan, Makanan dan minuman
yang dihalalkan dan diharamkan, Binatang sembelihan dan
ketentuannya.
C.
Pengertian Pendekatan Berorientasi Aktivitas Siswa
Asumsi yang mendasari PBAS. Standar proses satuan pendidikan yang
tertuangkan dalam permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 mengamanahkan bahwa
“pembelajaran didesain untuk membuat siswa aktif belajar melalui kegiatan
ekplorasi, elaborasi, dan konfirmasi”.[12]
Pembelajaran di anggap bermakna jika dalam peroses pembelajaran sebut siswa
terlibat secara aktif, untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah
serta menemukan sendiri pengetahuan melalui pengalaman langsung. Pembelajaran
dianggap terjadi bila ada keterlibatan siswa siswa secara aktif. Artinya standar
proses satuan pendidikan mengarahkan kepada guru untuk menerapkan pembelajaran
yang mengaktifkan siswa. Pentingnya penerapan pembelajaran tersebut merupakan
suatu hal yang mutlak untuk dilakukan agar pembelajaran dapat diselenggarakan
secara maksimal sebagai usaha sadar, usaha terencana, dan usaha untuk
memberdayakan potensi siswa yang berkarakteristik-holistik. Selain itu, pembelajaran
tersebut dapat menghindarkan pembelajaran yang mengarah pada apa yang disebut
sebagai “teaching to the best” atau mengajar yang diarahkan hanya untuk menghadapi soal-soal ujian. Untuk
itulah pentingnya pembelajaran yang mengaktifkan siswa patut diterapkan
sepenuhnya oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran siswa
dapat dilakukan melalui pengembangan berbagai
keterampilan belajar esensial secara efektif yang antara lain sebagai
berikut: (1) berkomunikasi lisan dan
tertulis secara efektif, (2) berfikir logis, kritis dan kreatif, (3) rasa ingin
tahu, (4) penguasan teknologi dan informasi ,(5) pengembangan personal dan
sosial, dan (6) belajar mandiri. Enam keterampilan belajar tersebut memiliki
intersepsi teterkaitan antar dimemsi berisi pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang sangat penting untuk terjadinya peristiwa pembelajaran yang sarat nilai
dan mengembangkan potensi siswa melalui berbagai aktivitas di sekolah.
Proses pembelajaran dikatakan berlangsung, apabila ada aktivitas
siswa di dalamnya. Untuk itu pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran
berpusat pada siswa (student centered).
Dave Meier (2008:74) mengemukakan bahwa:
“belajar harus dilakukan
dengan aktivitas, yaitu menggerakkan ketika belajar, memanfaatkan indera siswa
sebanyak mungkin, dan membuat seluruh tubuh/fikiran terlibat dalam proses belajar”. [13]
Hal tersebut sejalan dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, pasal 19 ayat1 yang berbunyi:
“proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan , menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisifasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat dan minat dan perkembangan
fisik secara fsikologis peserta didik.[14]
Melihat karakteristik yang dimiliki pembelajaran aktivitas siswa,
maka pembelajaran seperti inilah yang diperlukan dan relevan dengan kondisi
sekarang serta dapat memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Sanjana (2008:137) mengemukakan
bahwa Pembelajaran Berorientasi Aktifitas Siswa (PBAS) dapat dipandang
sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas
siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara
asspek kognitif , efektif dan psikomotor secara seimbang.” Selanjutnya Sanjana
(2006:135) mengatakan bahwa:
Dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami, yaitu dipandang
dari sisi proses pembelajaran, PBAS menekankan kepada aktivitas siswa secara
optimal.[15]
Artinya PBAS menghedaki
keseimbangan antara aktifitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas
intelektual. Dipandang dari sisi hasil belajar, PBAS menghedaki hasil belajar
yang seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotor).”
D.
Penerapan PBAS dalam Pembelajaran
Pembelajaran berorientasi
aktivitas siswa dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan pembelajaran,
misalnya kegiatan mendengarkan, berdiskusi, bemain peran, melakukan pengamatan,
melakukan eksperimen, membuat sesuatu, menyusun laporan, memecahkan
masalah dan peraktik melakukan sesuatu. Menurut
Sanjaya (2008:139):
Aktivitas siswa
ini tidak hanya dilihat dari aktifias fisiknya saja, tetapi juga di lihat dari
aktifitas mental dan intelektualnya.[16]
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan
agar siswa dapat melakukan proses belajar secara efektif agar memperoleh hasil
pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam kemajuan metodologi proses belajar
mengajar saat ini asas aktivitas (Student activity) lebih di tonjolkan
melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa
menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
Dari beberapa macam aktivitas menunjukkan bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan
pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus
disesuaikan dengan materi pengajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada
siswa.
Menurut Hamalik (2001) Ada beberapa
jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, antara lain :
(1) Kegiatan-kegiatan visual. (2)
Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6)
Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat [17].
Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
1.
Kegiatan
Visual. Yang termasuk kegiatan ini adalah membaca,
melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan
mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2.
Kegiatan-kegiatan
Lisan. Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3.
Kegiatan
Mendengarkan. Dalam proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal yang
dilakukan, karena melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan
pelajaran yang diajarkan.
4.
Kegiatan
Menulis, misalnya: menulis cerita, laporan, mengarang, membuat rangkuman,
mengerjakan tes dan mengisi angket.
5.
Kegiatan
Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain sebagainya.
6.
Kegiatan
Metrik. Kegiatan dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih
alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,
menari dan berkebun.
7.
Kegiatan
mental, meliputi memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan
- hubungan dan membuat keputusan.
8.
Kegiatan
Emosional. Kegiatan- kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis
kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa
menimbulkan minat, berani, tenang, dan lain- lain.
9.
Berpikir
termasuk aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru,
setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10.
Mengingat
yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar
lebih lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu
berhubungan dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono,
1991).
Dari beberapa macam aktivitas diatas
menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat
diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan
pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang
akan disampaikan oleh guru kepada siswa. Pengalaman belajar bersumber dari
kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.
E.
Peran Guru dalam Penerapan PBAS
Pelaksanaan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa memposisikan
guru dan siswa sama-sama sebagai subjek dalam kegiatan belajar mengajar, hanya
beda peran dan tugasnya saja. Artinya dengan PBAS tidak berarti siswa dibuat
aktif menggantikan peran guru, sehingga
guru tidak guru perlu memainkan perannya dalam pembelajaran. Tetapi aktivitas
belajar siswa diciptakan dan dikondisikan oleh guru sebagai mediator dan fasilitator belajar siswa. Dengan posisi
sama-sama sebagai subjek belajar, siswa dapat mempelajari materi pelajaran
secara aktif dan langsung memainkan perannya dalam seting kontekstual. Artinya
siswa belajar sesuatu sebagai pengalaman langsung dan hasil dari pengalaman
tersebut akan menjadi individu yang memiliki keperibadian dan sikap yang
positif serta keterampilan yang dapat yang menunjang pada kehidupan mandiri di
masyarakat.
Posisi guru sebagai subjek belajar bertugas memfasilitasi agar
siswa dapat belajar sesuai dengan gaya dan karakteristik belajar masing-masing.
Pembelajaran berorientasi aktivitas menuntut guru untuk lebih kreatif dan
inofatif dalam mendesain pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa.
Menurut Sanajaya (2008:139) ada enam tugas yang harus di lakukan
dalam desain pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, yaitu :
(1)
mengemukakan berbagai alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum
kegiatan belajar dimulai; (2)menyusun tugas-tugas bersama siswa;(3) member
informasi tentang kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan;(4)memberikan
bantuan dan layanan kepada siswa yang memerlukannya;(5) memberikan motivasi, mendorong
siswa untuk belajar,membimbing melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan;(6) dan
membantu siswa dalam menarik sesuatu kesimpulan kegiatan pembelajaran.[18]
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam PBAS siswa dituntut harus
aktif mengerjakan tugas-tugas, melakukan eksperimen dan sebagainya. Aktivitas
siswa dalam PBAS mulai dari merumuskan tujuan pembelajaran, menyusun
tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan bersama, sehingga dengan keterlibatan
seperti ini akan lebih bertanggung jawab terhadap ketercapaian tujuan tersebut.
Keterlibatan inilah yang membedakan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa
dari pendekatan pembelajaran lainnya. Pembelajaran seperti ini sudah terkandung
di dalam unsur demokrasi dan humanisti, sehingga melalui PBAS akan diperoleh
hasil belajar yang sempurna.
F.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan permasalahan dalam
penelitian tindakan kelas tersebut di atas, peneliti merumuskan hipotesis
tindakan yaitu : penerapan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar fikih kelas VIII MTs Nw Peneda
Gandor Tahun Pelajaran 2014/2015.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(disingkat PTK) atau Clasroom Action Research. Penelitian
emansipatoris tindakan ini, yang pemakaian atau penamaannya berbeda-beda,
seperti penelitian kelas (classroom research) karena penelitian untuk
perubahan perbaikan itu dilakukan didalam kelas.
Namun Hopkins, kemudian memakai istilah classroom research in
action atau Classroom action research pada saat peneliti itu memasuki tahap-tahap
kegiatan yang harus dilakukan, dengan alasan bahwa istilah penelitian kelas
mengingatkan pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti pendidikan (educational
researchers) dengan menjadikan guru dan siswa sebagai objek penelitian yang
berada di luar orbit kehidupan mereka. [19]
Metode dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif, karena data yang ada merupakan data yang pasti, yaitu data yang
sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar melihat,
mengucap tapi data yang mengandung makna dibalik dan dilihat dan terucap
tersebut. Jhon W. Creswell, mendefinisikan pendekatan kulaitatif sebagai :
sebuah proses
penyelidikan untuk memahami masalah sosial atau manusia, bedasarkan pada
penciptaan gambar holistik yang dibentuk kata-kata, melaporkan pandangan
informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar ilmiah.[20]
Pada prinsipnya metode penelitian merupakan
suatu cara yang ditempuh berdasarkan kajian ilmiah untuk mendapatkan data
tujuan tertentu. Tentunya kajian ilmiah ini didasarkan pada metode keilmuan
yang berupa usaha untuk menemukan, penelitian. Melalui cara ilmiah inilah,
diharapkan data yang diperoleh adalah data yang objektif, valid dan realible.
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini
adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan atau cerita yang
dapat menggambarkan dari permasalahan yang diteliti atau melakukan kaji ulang,
bertanya pada orang lain, menghimpun informasi yang sejenis untuk memperoleh
kesimpulan yang sama. Interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara
sistemik/menyeluruh dan sistematis.
Kehadiran pendekatan kualitatif, menurut Sanapiah Faisal dari IKIP
Malang, berkaitan erat dengan sifat unik dari realitas sosial dan tingkah laku
manusia itu sendiri .[21]
Sedangkan Prof. Parsudi Suparlan, dalam pendekatan kualitatif, yang
menjadi sasaran kajian/penelitian adalah
kehidupan
sosial atau masyarakat atau sebagai sebuah kesatuan yang menyeluruh.[22]
B.
Subjek Penelitian
Yang menjadi subyek penelitian ini
adalah siswa kelas VIII MTs. NW Penede Gandor tahun pelajaran 2014-2015 yang
berjumlah 32 siswa obyek penelitian menerapkan pendekatan berorientasi
aktifitas.
C.
Desain Penelitian
Desain
penelitian adalah model atau gambar dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Ada beberapan Desain atau rancangan penelitian tindakan kelas dari beberapa
para ahli anatara lain : 1) desain model PTK Kurt Lein, 2) desain PTK model
Kemmis dan Mc Taggart, 3) Desain PTK model John Elliot dan, 4) desain model PTK
Hopkins.
Sebenarnya ada
beberapa model yang dapat diterapkan dalam penerapan metode penelitian tindakan
kelas (PTK), tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (Kemmis,2006:97). Adapun model PTK
dimaksud menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya). Rancangan
Penelitian Tindakan kelas ini dapat dibuat dalam bentuk gambar sebagai berikut:
Observing
|
Planning
|
Reflecting
|
Action
|
Gambar 3.1
Rancangan PTK
Keempat langkah tersebut merupakan
satu siklus atau putaran, artinya sesudah langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan
seterusnya, walaupin sifatnya berbeda, langkah ke-2 dan ke-3 dilakukan secara
bersamaan jika pelaksana dan pengamat berbeda.[23]
Adapun penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
1.
Menyusun
Rancangan Tindakan (planning)
Dalam
tahap penyusunan rancangan ini penelitian menentukan titik atau fokus peristiwa
yang diperlukan mendapat perhatian khusus untuk di amati, kemudian membuat sebuah
instrument pengamatan untuk membuat penelitian mereka fakta yang terjadi selama
tindakan berlangsung. Jika digunakan dalam tindakan ini bentuk berpisah maka
penelitian dan pelaksanaan harus melakukan kesepakatan antara keduanya.
Dikarnakan pelaksanaan guru peneliti adalah pihak yang berkepentingan untuk
meningkatkan kinerja, maka pemilihan
sterategi pembelajaran disesuaikan dengan selera dan kepentinga guru peneliti,
agar plaksanaan tindakan dapat terjadi secara wajar, realitas,
dan dapat dikelola dengan mudah. Seperti mebuat Silabus dan RPP.
2.
Palaksanaan
atau Tindakan (Akting)
Tahap
kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi
atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hasil yang
perlu di ingat adalah bahwa dalam tahap kedua pelaksanaan guru harus ingat dan
berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula
berlaku wajar, tidak dibuat-buat.
3.
Pengamatan
(Obsering)
Kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau
pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya
pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Tahap kedua diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga
bersetatus sebagai pengamatan.
4.
Refleksi
(Refleting)
Merupakan
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. istilah refleksi berasal dari kata bahasa
inggris reflection, dalam bahasa
Indonesia pemantulan. Kegiatan refleksi
ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan
tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk implementasikan rancangan
tindakan.[24]
D.
Prosedur Penelitian
Siklus penelitian adalah suatu
putaran yang melingkar, seperti jarum jam dan spiral yang terjadi pada
penelitian tindakan kelas dan pencapain hasilnya semakin lama semakin
meningkat. Proses siklus mencapai kemampuan jika sudah diperoleh kepuasan dan
pencapaian tindakan sudah mantap.
Penelitian direncanakan dalam dua
siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua akan tetapi kalau tidak mencapai
ketuntasan belajar pada siklus kedua maka digunakan lagi siklus berikutnya.
Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi.
1.
Siklus
I
a.
Perencanaan
Kegiatan perencanaan berup adanya masalah, dan pengembangan untuk
tindakan sebagai pemecah masalah. Pada tahapan ini peneliti merencanakan
kegiatan belajar mengajar dengan penyesuaian dari standar mompetensi dan
kompetensi dasar yang telah ditetapkan khususnya pada pembelajaran Fikih yang
meliputi:
1)
Persiapan
pembelajaran, RPP dan instrument penelitian.
2)
Menyiapkan
buku paket Fikih
3)
Membuat
atau menyiapkan alat peraga jika dibutuhkan
4)
Membuat
lembar observasi
5)
Evaluasi
dilaksanakan pada setiap akhir proses pembelajaran
b.
Pelaksanaan
Tindakan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, proses
yang dilaksanakan terbagi pada tahap pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
Pada pelaksanaannya peneliti memberikan motivasi dari pembelajaran sesuai
dengan yang diharapkan. Peneliti memberikan penjelasan penggunaan pendekatan
pembelajaran berorientasi aktivitas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
c.
Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan
pengamatan terhadap impelementasi tindakan penggunaan pendekatan pembelajaran
aktivitas dalam meningkatkan kemampuan memahami materi pelajaran fikih yang
dilakukan peneliti pada siswa kelas VIII MTs NW Peneda Gandor dengan menggunakan
lembar observasi. Dimana lembar observasi tersebut berupa serangkain pertanyaan
yang digunakan untuk membantu peneliti mendapat data atau gambaran mengenai hal
yang ingin diteliti. Adapun yang menjadi observrnya adalah siswa tersebut.
d.
Refleksi
Pada tahapan ini, peneliti
memberikan penilaian terhadap siswa dalam pencapaian peningkatan motifasi
belajar siswa, untuk memahami materi pelajaran fikih yang diajarkan menggunakan
pendekatan berorientasi aktivitas siswa. Refleksi dilakukan dengan menggunakan
media gambar, penelitian yang diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari
tindakan yang dirancang. Misalnya target yang telah ditetapkan anak harus
mendapat nilai 70 ternyata hasil pada siklus I baru mencapai nilai 60, sedangkan
target yang harus dicapai kelas itu
sendiri KKM 70%, kalau kurang dari target yang telah ditentukan maka perlu
dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II.
2.
Siklus
II
Pada dasarnya pelaksanaan siklus I
dan siklus II adalah sama. Perbedaannya, pada siklus II merupakan perbaikan
untuk menyempurnakan kegiatan belajar pada siklus sebelumnya yang berdasarkan
hasil refleksi. Siklus II dilaksanakan setelah selesai siklus sebelumnya.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan identifikasi variable di atas maka teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dalam metode kualitatif, menurut Prof. Parsudi Suparlan, metode
penelitian yang umumnya digunakan adalah (1) metode pengamatan; (2) metode
pengamatan terlibat; (3) wawancara dengan berpedoman.[25]
1.
Metode
pengamatan (Observasi)
Obsevasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003).
Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek ditempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian
tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi langsung, adalah pengamatan
yang dilakukan dimana observer berada bersama dengan objek yang dIselidiki.
Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara langsung saat peristiwa terjadi.
(2) Obsevasi tidak langsung, adalah observasi yang dilakukan dimana
observer tidak berada bersama dengan objek yang diselidiki.
Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek (Check List) dalam menggali atau
mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
Observasi
sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri sfesifik bila di bandingkan
dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan koesioner. Kalau wawancara
kuesioner selalu berkomunokasi dengan orang,
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang
lain. Karl Popper, berpendapat pada
umumnya observasi adalah :
tindakan
yang berupa penapsiran dari teori.[26]
Sterisno Hadi mengemukaan bahwa,
Observasi adalah :
merupakan
suatu proses yang konfleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.[27]
Kemudian difinisi lain menyatakan
bahwa, Observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian dengan jalan
mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis[28]
Jadi berbagai pendapat di atas,
teknik pengumpulan data degan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan
dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila respoden yang
di amati tidak terlalu besar.
2.
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu
prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab
banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan
peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti
melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa
kelas VIII dan guru - guru mata pelajaran fikih Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor. Menurut Denzin, wawancara merupakan :
pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan
informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. [29]
Sedangkan menurut Hopkins,wawancara adalah :
suatu
cara untuk mengetahui situasi tertentu didalam kelas dilihat dari sudut pandang
yang lain. Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk kepala sekolah, teman
sejawat, pegawai tata usaha sekolah, orang tua siswa dll.[30]
3.
Tes
Tes sebagai isterumen pengumpulan
data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang di gunakan untuk mengukur
keterampilan, pegetahuan, intlenjensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok.[31]
Salah satu yang di tes adalah
prestasi belajar siswa adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang yang telah mempelajari sesuatu. Dalam buku lain menyatakan bahwa tes
adalah :
merupakan
alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suassana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.[32]
4.
Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa
dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum lain
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon, (1997; 104 ) menjelaskan
istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama
dalam arti luas, yaitu
yang meliputi
semua sumber, baik sumber tertulis maupun lisan; kedua dalam arti sempit,
yaitu yang meliputi semua sumber tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik,
yaitu hanya yang meliputi surat-surat resmi dan surat-surat Negara, seperti
surat perjanjian, undang-undang konsesi, hibah dan sebagainya.[33]
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan
diperoleh dari sumber manusia atau human
resources, melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi ada pula
sumber bukan manusia, non human
resources, diantaranya dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen
yang dilakukan oleh para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai
“narasumber” yang dapat menjawab pertanyaan; “Apa tujuan dokumen itu ditulis?;
Apa latar belakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?;
Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk siapa?; dan sebagainya.(Nasution,
2003; 86).
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat ditarik
benang merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk
melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto),
dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan informasi bagi proses
penelitian.
F.
Teknik Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian adalah teknik deskriptif dan kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk data kuantitas
pembelajaran menggunakan pendekatan berorientasi aktivitas. Untuk menganalisis
hasil data tersebut dideskrifsikan menggunakan rumusan statistic deskriptif meliputi penentuan Skor Maksimal
ideal (SMi), rata-rata ideal (Mi) dan simpangan baku, Standar Deviasi (SDi).
Angaka –angka Mi dan SDi diperolreh dengan cara :
Mean
Mi ½ (Skor maksimal + skor minimal )
Simpangan
baku ideal SDi = 1/6 (skor maksimal – skor minimal)
Selanjutnya
pengkategorian tingkat kemampuan yaitu sebagai berikut :
Mi +
1 SDi ______ Mi + 3 SDi =
tinggi
Mi -
1 SDi ______ ≤ Mi + 1 SDi =
sedang
Mi –
3 SDi ______ ≤ Mi – 1 SDi =
rendah
Rumus
yang digunakan untuk mencari nilai rata-rata yaitu :
M =∑x
n
keterangan
:
M =
Mean rata-rata
∑x =
Jumlah skor keseluruhan
N =
Jumlah siswa
Rumus untuk mencari persentasi
ketuntasan belajar :
Keterangan
:
KB = Ketuntasan Belajar
ni = Jumlah siswa yang tuntas
n = Jumlah keseluruhan siswa
untuk mengetahui jumlah yang tuntas
dapat dilihat dari beberapa siswa yang
mendapatkan nilai standar minimal, untuk mengetahui pengkategorian keberhasilan
dalam penilitian menggunakan interval sebagai berikut :
80 - 100 = Tinggi
65 – 79 = Sedang
65 = Rendah
[1] . Kementerian
Agama RI, Al –Qur’an dan terjemahannya.
PT. Sinergi pustaka Indonesia hal 6
[2] . Slameto, Belajar
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta.Hal. 2
[3] . Dimyati,dkk. Belajar
dan Pembelajaran. Rineka cipta.Hal. 9
[4] .Muhibbin
Syah,M.Ed. Psikologi belajar.Rajawali pers hal. 64
[5] .Slameto. Belajar
dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka cipta.hal. 2
[6] . Dr. Dimyati. Belajar
dan pembelajaran. rineka cipta. Hal. 11
[7] . ibid. hal.
11
[8] . Drs. Syaiful
Bakhri Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. (Usaha nasional). Hal: 20
[9] . Kementerian
Agama RI, Al –Qur’an dan terjemahannya.
PT. Sinergi pustaka Indonesia
hal 311
[10] .Ibid 117
[11] .Ibid 277
untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah.
[13] .
Dr.Rusman,M.pd.
Model-model pembelajaran, Rajawali pers hal 389
[14] .Ibid. hal 389
[15] .Ibid. hal 390
[16] Ibid. hal 395
[17] . Dr.Rusman,M.pd.
Model-model pembelajaran, Rajawali pers. Hal 388
[18] .
Dr.Rusman,M.pd.
Model-model pembelajaran, Rajawali pers. Hal 394
[20] . Hamid
Patilima. Metode penelitian kualitatif. Penerbit alfabeta. Hal 2
[21] . Hamid
Patilima. Metode penelitian kualitatif. Penerbit alfabeta. Hal 3
[22] . ibid hal
3
[23] .Prof.Dr.
Suharsimi Arikunto.Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik.penerbit
Rineka cipta. Hal 97
[24] . Suharsimi
Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas.
Pnerbit Bumi Aksara. Hal 16
[25] . Hamid
Patilima. Metode penelitian kualitatif. Penerbit Alfabeta. Hal 14
[26] . Prof.
Dr.RochiatiWiraatmadja. Metode penelitian tindakan kelas.Penerbit Rosda
hal 104
[27] . Prof. Dr.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R dan D. Penerbit Alfebeta. Hal 145
[28] . Drs. Wayan
Nurkancana. Evaluasi Pendidikan.
Penerbit Usaha Nasional. Hal 46
[29] . Prof.
Dr.RochiatiWiraatmadja. Metode penelitian tindakan kelas.Penerbit Rosda
hal 117
[30] . Ibid. hal
117
[31] . Drs. Riduan,
M.B.A.Sekala Pengukuran Variabel-Variabel
Penelitian.Penerbit Alfabeta Bandung. Hal 30
[32] . Dr.
Suharsimi, Dasar-dasar evaluasi pembelajaran. Penerbit : Bumi aksara.
Hal 51
[33] . web.google.com.14.03.2014
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.
Sejarah
berdirinya Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor
Madrasah Tsanawaiyah MTs NW Peneda Gandor
merupakan salah satu lembaga pendidikan swasta (formal) di Kecamatan Labuhan
Haji Kabupaten Lombok Timur Propensi Nusa Tenggara Barat yang berlokasi Desa
Peneda Gandor, didirikan pada tahun 1986 oleh organisasi Nahdlatul Wathan, di atas
areal (lahan) seluas 3.800 m2, dengan luas bangunan seluruhnya
adalah 913 m2 dan selebihya merupakan lapangan olah raga.
Pada tahun 2007 Madrasah Tsanawiyah
NW Peneda Gandor dinyatakan “sebagai sekolah agama tingkat atas yang
melasanakan kewajiban belajar seperti yang tercantum dalam UU Pendidikan dan
Pengajaran Nomor : 12 tahun 1954. Nomor : 4 tahun 1950 pasal 10 ayat 2”
berdasarkan Piagam Pengakuan Kewajiban Belajar Dan Kepala Pendidikan Agama.
Untuk perkembangan kedepan, Madrasah
Tsanawiyah NW Peneda Gandor terus menerus secara dinamis berupaya untuk
meningkatkan diri dari segi kualitas termasuk meningkatkan statusnya. Pada
tahun 1995, Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor berhasil memperoleh jenjang
akreditasi “DIAKUI” berdasarkan Keputusan Kepala Kontor Departemen Agama
Kabupaten Lombok Timur Nomor m.x-3/1-a/101/1995 tanggal 7 Desember 1995. Dan
pada tahun 2007, Madrasah Tsanawiyah NW Peneda Gandor berhasil memperoleh akreditasi
dengan peringkat “B” berdasarkan Keputusan Ketua Badan Akreditsi Nasional
Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) Nomor 105/Akr.MTs/B/IV/2007 Tanggal : 13 April 2007
2.
Profil
MTs NW Peneda Gandor
Madrasah Tsanawiyah Nahdlatul Wathan
dengan NSM 121252030015 beralamat di desa Peneda gandor Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur Propinsi Nusa Tenggara Barat didirikan pada tahun 1986 dan telah mendapat Status Terakriditasi B SK Terakriditasi dengan
nomor 105/Akr.MTs/B/IV/2007 Tanggal : 13 April 2007 Piagam Nomor WX 86368/3/86, nama organisasi Induk Nahdlatul Wathan Keadaan Tanah Luas Tanah 3.800 m2
Letak di Desa Peneda gandor
3.
Keadaan
Guru/Staf Lainnya
Sedangkan
jumlah tenaga pengajar di MTs NW Peneda gandor adalah 18 orang guru termasuk
kepala madrasah, yang terdiri dari 9 laki-laki dan 9 orang perempuan, 3 orang
diantaranya guru PNS kementerian Agama kabupaten/kota. Kualifikasi pendidikan
masing-masing guru MTs NW Peneda gandor adalah 13 orang berizajah S-1 pendidkan
(Strata 1), 2 orang berijazah D.2 (Akta II).
4.
Keadaan
Siswa MTs NW Peneda Gandor
Adapun
pada tahun pelajaran 2014/2015 ini, keadaan jumlah keseluruhan siswa/siswi dari
kelas VII sampai kelas IX di MTs NW Penedagandor berjumlah 74 orang
siswa/siswi, yang terdiri dari 37 laki-laki dan 37 perempuan dengan jumlah
ruang belajar seluruhnya adalah 3 rombel (masing-masing tingkatan kelas terdiri
dari 1 rombel).
B.
Deskripsi Data
Pada tahap ini akan dibahas tentang
hasil pelaksanaan penelitian pada setiap siklus akan melalui empat tahap
penelitian berupa perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
1.
Deskripsi
Data Siklus I
a.
Tahap
perencanaan
Kegiatan yang
dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah
1)
Peneliti
melakukan observasi lapangan yang dilanjutkan dengan observasi kelas
2)
Membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
3)
Menyiapkan
materi pembelajaran fikih sesuai materi
4)
Membuat
lembar observasi
5)
Menyusun
tes hasil belajar (instrument) dalam bentuk objektif (tes pilihan ganda) untuk
mengetahui tingkat pengetahuan siswa
6)
Menyiapkan
tes hasil belajar fikih.
b.
Tahap
pelaksanaan tindakan
Pada
tahap pelaksanaan tindakan, dilakukan sesuai dengan perencanaan. Pelaksanaan
tindakan siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pembelajaran yang
dilakukan pada tahap ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berorientasi aktivitas
siswa pada kelas yang diperlukan. Langkah-langkah yang dilakukannan peneliti
pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah :
1)
Menjelaskan
kepada siswa tentang tujuan pembelajaran
2)
Memberikan
pre tes pada masing-masing siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas
VIII sebelum diberikan perlakuan penerapan pendekaran berorientasi aktivitas
siswa.
3)
Menjelaskan
kepada siswa tentang materi pelajaran fikih
c.
Tahap
Observasi
1)
Observasi
guru
Selama
berlangsungnya proses pembelajaran guru dibantu oleh teman sejawat (observer)
melakukan observasi atau pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Adapun hasil observasi kegiatan dapat dilihat pada
lampiran 6. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dah hasil lembar observasi
kegiatan guru, aktifitas guru pada siklus I berada pada kategori cukup aktif
dengan skor 7 dari 12 yang merupakan skor maksimal. Secara persentase, guru
telah mencapai 58% dari skor yang diharapkan.
2)
Observasi
siswa
Selain
observasi terhadap kegiatan mengajar guru dilakukan juga observasi terhadap
kegiatan belajar siswa pada siklus I dapat dilihat dari pada lampiran 7.
Berdasarkan hasil analisis tersebut
aktifitas siswa selama pembelajaran pada siklus I, diperoleh data bahwa
keaktifan siswa berada pada kategori cukup aktif dengan skor total rata-rata
dari pertemuan pertama dan kedua adalah 6 poin dari 12 poin (50%).
d.
Tahap
refleksi
Hasil
refleksi refleksi pembelajaran bersama siswa ditemukan kelemahan-kelemahan
dalam pembelajaran yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut :
1)
Guru
kurang menguasai kelas, sehingga masih banyak siswa yang ribut ketika
berlangsungnya pembelajaran.
2)
Masih
banyak siswa yang belum menguasai materi sesuai dengan indicator yang
diharapkan.
3)
Beberapa
siswa masih malu-malu dan tidak percaya diri ketika menyampaikan gagasan atau
idenya.
4)
Waktu
yang terbatas dan konisi yang tidak kondusif.
Adapun solusi yang harus dilakukan oleh guru pada pada siklus II
adalah sebagai berikut :
1)
Guru
berusaha untuk menguasai kelas dengan baik dengan memberikan pendekatan yang
lebih baik lagi kepada siswa.
2)
Memberi
semangat, saran, melakukan Tanya jawab, atau memotivasi siswa siswa lewat
permainan pemberian hadiah.
3)
Memikirkan
dan merancang ulang pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa yang
diterapkan mengefektipkan pembelajaran.
Berdasarkan hasil evaluasi pada
siklus pertama setelah dianalisis diperoleh data yang terlampir, dapat dilihat
pada lampiran 8. data ata hasil evaluasi pada siklus I
2.
Deskripsi
Data Siklus II
Siklus II merupakan kelanjutan dari
siklus sebelumnya yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan pembelajaran
berorientasi aktivitas, dengan prinsip konstruktivisme pengalaman siswa
sehari-hari.
Peningkatan kemampuan tersebut
dilakukan dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan pada siklus I dengan cara
peningkatan kualitas pembelajaran sebelumnya dan pemberian materi yang lebih
efektif dan terarah.
a.
Tahap
perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, perlu da adakan persiapan
atau perencanaan yang baik antara lain :
1)
Merumuskan
rencana pelaksanaan pembelajaran RPP/terlampir.
2)
Menyiapkan
tes hasil belajar (instrument) dalam bentuk objektif (tes pilihan ganda) untuk
mengetahui tingkat prestasi belajar siswa/terlampir.
3)
Menyiapkan
format observasi/terlampir.
b.
Tahap
pelaksanaan tindakan
Pada pelaksanaan siklus II, diupayakam pelaksanaan lebih efektif
dan menyenangkan dari siklus sebelumnya. Pada pelaksanaan siklus II hamper sama
dengan siklus sebelumnya tetapi proses pembelajaran lebih ditekankan kepada
beberapa poin aspek yang masih kurang pada siklus I. secara umum tindakan yang
dilakukan pada pelaksanaan siklus II sebagai berikut :
1)
Membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam.
2)
Guru
menyampaikan kekurangan-kekurangan pada pembelajaran sebelumnya.
3)
Guru
menjelaskan kembali materi pembelajaran fikih.
c.
Tahap
observasi
1)
Observasi
guru
Seperti
pada siklus I, pada siklus II juga dilakukan observasi terhadap pelaksanaan
pembelajaran fikih dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi
aktifitas siswa, adapun hasil observasi aktivitas mengajar guru dapat di lihat
pada lampiran 10. Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil lembar hasil lembar
observasi kegiatan guru, aktivitas guru
telah berada pada kategori sangat aktif, dengan skor rata-rata dari pertemuan
pertama dan kedua adalah 12 atau 95 % dari aktivitas yang diharapkan, sehingga
kategori aktivitas guru pada siklus II adalah sangat aktif. Artinya pada siklus
II guru sudah berusaha menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi
aktivitas secara benar dalam pembelajaran.
2)
Observasi
siswa
Selain
observasi guru, dilakukan juga observasi terhadap kegiatan belajar siswa,
adapun hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada
lampiran 11. Aktivitas siswa dalam pembelajaran berlangsung dapat dapat
diketahui dari lembar observasi yang diisi oleh observer, diperoleh data bahwa
kategori siswa juga telah berada pada posisi aktif dengan aktifitas 95% dari
aktivitas yang diharapkan.
d.
Tahap
refleksi
Berdasarkan
hasil observasi siswa, hasil observasi guru dan evaluasi siswa siklus II,
tindakan yang dilakukan telah berhasil, karena hasil observasi menunjukkan
bahwa aktivitas guru dan siswa masing-masing telah berada pada kategori sangat
aktif. Nilai rata-rata siswa juga telah mengalami peningkatan. Begitu juga
ketuntasan klasikal telah meningkat tajam.
Berdasarkan hasil evaluasi pada
siklus II setelah dianalisis diperoleh data yang terlampir dapat dilihat pada
lampiran 12. data hasil evaluasi pada siklus II.
C.
Analisis Data
Berdasarkan deskripsi di atas,
dilakukan analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriftif kuantitatif
terhadap data hasil evaluasi belajar siswa yang dilakukan dalam setiap
siklus.
1.
Analisis
Data Siklus I
Berdasarkan data pada tabel siklus I hasil evaluasi adalah dengan
nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 60 dan jumlah keseluruhan nilai siswa 2185
dari 32 siswa, jadi d:apat dianalisis nilai rata-rata siswa yaitu :
M =
=
= 68,28
Setelah dilakukan
perhitungan, maka diperoleh nilai-nilai 68,28 dan untuk mengkategorikan tingkat
kemampuan rata-rata siswa pada siklus dapat dianalisis menggunakan rumus Mean
ideal (Mi) dan Standar Devisi Ideal (SDI).
Mi =
x (skor
minimal + skor minimal ideal)
Mi =
x (85
+ 60)
=
145
= 72,5
SDi =
(skor
minimal + skor minimal ideal)
=
(85
+ 60)
=
(25)
= 4,17
Dengan
demikian, pengkategorian tingkat kemampuan dapat dilihat melalui :
Mi + SDi Mi
+ 3 SDi = Tinggi
72,5 + (4,17) 72,5
+ 3 (4,17)
72,5 + 4,17 72,5
12,51
76,67 85,01
Mi – SDi Mi + 1 SDi = Sedang
72,5 – 1 (4,17) ≤ 72,5 + 1 (4,17)
72,5 – 4,17 ≤
72,5 + 4,17
68,
33 ≤ 76,67
Mi – 3 SDi Mi – 1 SDi =
Rendah
72,5 – 3 (4,17) ≤ 72,5 + 1 (4,17)
72,5 – 12,51 ≤
72,5 + 4,17
59,99
≤ 68,33
Jika dilihat dari Mean sama dengan 68,28 maka
dapat dikategorikan tingkat prestasi belajar siswa kelas VIII MTs NW Peneda
Gandor 2014/2015 termasuk dalam kategori
rendah, karena Mean 68,28 termasuk pada rentang 59,99 ≤ 68,33 dan tingkat keberhasilan yang
diperoleh dari 32 siswa sebanyak 14 siswa yang memperoleh nilai di atas standar
minimal atau mengalami ketuntasan belajar, dan yang memperoleh nilai di bawah
standar minimal sebanyak 9 siswa, untuk mencari persentase ketuntasan dapat
diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut :
KB =
x 100%
=
= 43,75%
Untuk kategori tingkat keberhasilan
siswa dapat menggunakan interval sebagai berikut :
80 – 100 = 6 siswa
70 – 80 = 8 siswa
< 70 = 18 siswa
Pada siklus ini,
hambatan-hambatan yang ditemukan adalah sebagai berikut :
a.
Metode
pembelajaran yang monoton sehingga tidak membangkitkan gairah belajar siswa.
b.
Kurangnya
pemahaman siswa dalam menjawab pertanyaan dariguru.
c.
Minimnya
pengetahuan siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi dan
catatan guru, kelemahan yang ditemukan dalam pelaksanaan siklu I dapat
dipecahkan dengan cara sebagai berikut :
a.
Dibutuhkan
rencana pembelajaran yang baik yang sesuai dengan kondisi siswa agar
termotivasi dalam mengikuti pembelajaran.
b.
Merancang
metode pembelajaran yang menyenangkan sesuai kondisi siswa.
c.
Menerapkan
pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas yang bervariasi dari sebelumnya.
d.
Guru
secara kontiu dalam memberikan sugesti, dorongan dan motivasi agar aktif
bertanya.
e.
Bimbingan
dan pengawasan ditingkatkan agar keseluruhan siswa mampu menguasi materi.
Berdasarkan
hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil tingkat prestasi belajar siswa
dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berorentasi aktivitas siswa dari 32 ternyata sebanyak 6 siswa yang memperoleh nilai
tinggi, 18 siswa yang memperoleh nilai sedang dan 8 lainnya mendapat nilai
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa penerapkan pendekatan pembelajaran
berorentasi aktivitas siswa pada siklus I belum mencapai target pencapaian
yaitu 85% maka perlu diadakan tindakan berikutnya.
2.
Analisis
Data Siklus II
Berdasarkan data pada table siklus
II, hasil evaluasi tes siklus II dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah
65 dan jumlah nilai keseluruhan 2485 jadi, dapat dianalisis nilai rata-rata
siswa yaitu:
M =
=
= 77,65
Setelah
dilakukan perhitungan, maka diperoleh Mean dan untuk mengkategorikan tingkat kemampuan rata-rata siswa pada siklus
IIdapat dianalisis menggunakan rumus Mean ideal dan Standar Devisi Ideal (SDi).
Mi =
x (skor
maksimal + skor minimal)
Mi =
x (95
+ 65)
=
(160)
= 80
SDi =
(skor
maksimal + skor minimal)
=
(95
+ 65)
=
(30)
=
5
Dengan demikian, pengkategorian
tingkat kemampuan dapat dilihat melalui
:
Mi + 1 SDi Mi
+ 3 SDi = Tinggi
80 + 1 (15) 80
+ 3 (5)
80 + 5 80 +
15
85,01 95
Mi - 1 SDi ≤
Mi + 1 SDi = Sedang
80 - 1 (5) ≤ 80 + 1 (5)
80 - 5 ≤ 80 + 15
75 ≤ 85
Mi - 3 SDi ≤
Mi - 1 SDi = Rendah
80 - 3 (5) ≤
80 - 1 (5)
80 - 15 ≤ 80 - 15
65 ≤ 75
Jika dilihat dari Mean sama dengan
77,65 maka dapat dikategorikan tingkat prestasi belajar siswa mengunakan
penerapan pendekatan berorientasi aktivitas di kelas VIII MTs NW Peneda Gandor
2014/2015 termasuk dalam kategori tinggi, karena Mean 77,65 tersebut berada
pada rentang 75 - ≤ 85 dan tingkat keberhasilan yang diperoleh siswa sudah
mencapai target, hal tersebut terbukti dari diperoleh siswa, dari 32 sebanyak 27 siswa yang
memperoleh nilai di atas standar minimal atau mengalami ketuntasan belajar.
Yang memperoleh nilai di standar minimal sebanyak 5 siswa. hal ini menunjukan
bahwa pelaksanaan pada siklus II sudah mencapai keberhasilan dan tidak perlu
melakukan tindakan berikutnya.
Sedangka ketuntasan dapat
diperoleh dengan rumus sebagai berikut :
KB =
x 100%
=
x 100%
=
84, 375%
Pengkategorian
tingkat keberhasilan dalam penelitian siklus II sebagai berikut :
80 – 100 = tinggi
70 – 80 = sedang
< 70 = rendah
Sesuai dengan
hasil perhitungan ternyata nilai perhitungan deskriptif kualitaif yang
diperoleh dalam penelitian ini dari siklus II adalah :
80 – 100 = 14 siswa
70 – 80 = 13 siswa
< 70 = 5 siswa
Berdasarkan hasil di atas dapat
disimpulkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas dari 32
siswa ternyata sebanyak 5 siswa yang memperoleh nilai rendah, 13
siswa yang mendaptkan nilai sedang dan 14 lainnya mendaptkan nilai tinggi. Jadi
pelaksanaan penelitian pada siklus II, bahwa pembelajaran dengan menerapkan
pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa dalam meningkatkan
prestasi belajar fikih mencapai target 84,37% mengatasi kesulitan pada siklus
I.
Jadi, persentase ketuntasan pada
siklus II 96,15% melebihi tingkat persentase ketuntasan seperti pada indicator
kinerja yaitu 85%.
Berdasarkan
hasil analisis data tersebut, dapt disimpulkan tidak perlu diadakan tindakan
lebih lanjut karena, persentase ketuntasan pada siklus II atau putaran terakhir
mencapai target yang sudah ditentukan.
D.
Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di lakukan sebagai upaya peningkatan
prestasi belajar fikih siswa kelas VIII MTs NW peneda Gandor Tahun Pelajaran
2014-2015.dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas
siswa. Sesuai dengan penelitian sebelumnya sebagai tolak ukur dari penelitian
ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Nursani mahasiswa Fak. Tarbiyah dengan judul model pembelajaran aktivitas untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa MTs NW Pringgasela pada tahun 2012/2013
bahwa penelitian dengan menerapkan pembelajaran aktivitas menjadikan
pembelajaran di dalam kelas sangat aktif
dan didapatkan siswa melakukan interaksi dengan siswa lainnya dalam proses
belajar, hal tersebut dapat terlaksana karena guru sudah mulai menerapkan
pembelajaranan yang mengaktifkan siswa serta guru atau pendidik sudah memahami
tentang karakter dan potensi pada
diri setiap siswa, sehingga siswa diberikan bimbingan dan penyediaan
pembelajaran yang tepat yang sesuai dengan karakteristik siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh
Sanjaya (2008:139):
Aktivitas siswa
ini tidak hanya dilihat dari aktivitas fisiknya saja, tetapi juga di lihat dari
aktifitas mental dan intelektualnya.[1]
Dalam aktivitas pembelajaran di
sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan proses belajar
secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya.
Selanjutnya penelitian ini dilakukan
dua silklus dan masing-masing siklus dilakukan dua kali pertemuan dengan
alokasi masing-masing selama 2 x 45 menit, penelitian ini dilakukan sesuai
dengan tahapan-tahapan penelitian tindakan kelas iang dimulai dari tahapan
perencanaan, observasi, evaluasi dan tahapan refleksi.
Berdasarkan hasil analisis yang
telah didapatkan dari siklus satu dan siklus dua menunjukkan adanya peningkatan
dan perbaikan dalam proses belajar mengajar baik dari siswa maupun guru, pada
siklus pertama menunjukkan bahwa persentase ketentutasan belajar sebesar 68,28%
dari 32 siswa. Ini berarti ketuntasan belajar belum tercapai, sesuai dengan
ketuntasan belajar klasikal yang telah ditetapkan yaitu 85%. Hal ini disebabkan
oleh kurangnya kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga penyerapan
siswa terhadap materi yang belum optimal, akibatnya keefektifan dalam belajar
tidak tercapai. Sebagian besar siswa tidak mempelajari materi sebelumnya dan
ini merupakan mettode yang baru mereka kenal jadi banyak siswa yang mendapatkan
kesulitan dalam mengerjakan tugas, siswa masih belum berani mengemukakan
pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Untuk mengatasi hal
ini guru melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran dan menambah
hal-hal yang masih dianggap kurang yaitu dengan cara memberikan motivasi dan
bimbingan yang lebih baik lagi pada siswa-siswa dalam belajar.
Pada siklus kedua guru dan siswa yang melakukan perbaikan-perbaikan pada
proses belajar mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran, lembar observasi
dan refleksi. Guru lebih menekankan pada keaktifan aktivitas dalam kelas,
pemberian tugas kepada siswa dan intraksi siswa. serta memberikan motivasi dan
bimbingan yang lebih optimal pada siswa yang mengalami kesulitan belajar khususnya
pada siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar pada siklus pertama.
Pada siklus kedua, siswa telah
menunjukkan keterlibatannya secara aktif walaupun masih ada satu atau dua yang
belum, siswa cukup aktf dalam bertanya, apabila ada yang belum dimengerti
sehingga suasana kelas lebih hidup dari yang sebelumnya. Dari analisis siklus
kedua di peroleh persentase ketuntasan belajar sebesar 77,65% dari 32 siswa,
ini menunjukkan bahwa pada siklus kedua sudah memenuhi target KKM yang telah
ditentukan, ini menunjukkan bahwa siswa merasa senang dan termotivasi belajar
Fikih dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas siswa.
maka dengan ini pula penelitian selesai
pada tahap ini karena hasil yang diperoleh memberikan informasi untuk mengambil
suatu kesimpulan.
Sesuai dengan hasil penelitian dapat
dinyatakan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas
dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa kelas VIII MTs NW Peneda
Gandor tahun pelajaran 2014-2015.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Keberhasilan
penerapan Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa sebagai upaya
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII MTs NW Peneda Gandor. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam proses pembelajaran yang meliputi
kesiapan dan keaktifan pada saat proses pembelajaran, juga ditunjukkan adanya
peningkatan nilai skor tes akhir dari masing-masing siklus, prosentase
peningkatan semangat belajar. Pada
siklus I ketuntasan belajar belum mencapai 85% dengan KKM 70. Sedangkan
nilai yang didapat 68,33 ini disebabkan karena belum sepenuhnya pembelajaran
direspon dengan baik oleh siswa. sampai pada siklus II yaitu terdapat
peningkatan persentase ketuntasan yaitu sebesar 77,65. Hal ini menunjukkan
bahwa ada peningkatan dalam kategori tinggi di atas rata-rata (77,65%). Sedangkan
peningkatan tes akhir dari, siklus 1, sampai siklus 2 dapat dilihat dari nilai
rata-rata pada masing-masing siklus yaitu 43,75% meningkat menjadi 84,37%. Dan
peningkatan tersebut di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.
Penelitian
tindakan atau PTK yang dilaksanakan oleh peneliti di MTs NW Peneda Gandor
dengan menerapkan Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS)
membawa dampak yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik terutama
mengurangi kejenuhan dan sebagai variasi pembelajaran.
Pembelajaran
fiqih dengan Pendekatan Aktivitas merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
semangat belajar peserta didik yaitu pendekatan yang berusaha untuk mengkaitkan
materi pembelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik guna mencapai
kompetensi yang diharapkan.
B.
Saran
Dalam proses KBM
hendaknya guru harus benar-benar paham, menyiapkan pembelajaran dengan sebaik
mungkin agar materi tersampaikan secara maksimal.
Hendaknya
pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan memperkaya variasi mengajar. Hal ini
bertujuan untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami oleh peserta didik. Adapun
saran-saran disampaikan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah :
1.
Diharapkan
bagi guru agar menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi aktivitas dalam
proses pembelajaran, karena pendekatan ini dapat meningkatkan aktivitas,
kreatifitas, motivasi dan hasil belajar belajar.
2.
Bagi
lembaga pendidikan seperti MTs NW Peneda Gandor penerapan pendekatan
pembelajaran berorientasi aktivitas dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar untuk beberapa pelajaran yang lain.
Komentar
Posting Komentar