Sejarah Banjar Getas Loang Tuna

Edisi Revisi
RABU, 01 APRIL 2015
SEJARAH BANJAR GETAS LOANG TUNA



                                KATA PENGANTAR
            Bissmillahirrahmanirrahim atas berkat rahmat Allah SWT, kami dapat menulis catatan sejarah tentang kisah awal terbentuknya gubuk Loang Tuna, penulis temotivasi untuk membuat tulisan ini didasari karena kebanyakan masyarakat sekarang ini tidak mengetahui sejarah dusun atau desanya sendiri, akan menjadi suatu kembanggaan ketika kita sebagai masyarakat bila  mengenal dan mengetahui sejarah desa atau gubuk kita agar segenap masyarakat dapat mengambil pelajaran positif dan hikmah dari peristiwa kehidupan orang-orang sejak dahulu, penulis menyadari dalam tulisan ini terdapat berbagai kekurangan dan kehilafan, itu semua dikarenakan kurangnya sumber yang falid sebab kebanyakan orang tua atau sesepuh masyarakat banyak yang sudah meninggal, namun kami sangat mensyukuri karena masih ada orang - orang dari masyarakat setempat yang terpercaya yang menjadi narasumber dan menceritakan kisah ini, dari beberapa sumber itulah kami memadukan kisah - kisah tersebut sehingga tulisan ini dapat diselesaikan, kami berharap semoga tulisan ini menjadi sangat bermanfaat bagi pelajar muda sebagai revrensi sejarah lokal dan dapat termotivasi untuk merevisi tulisan ini agar lebih terpercaya dan terjaga kebenarannya sehingga dapat diterima dikalangan masyarakat.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak dan masyarakat setempat yang telah bersedia menjadi narasumber kami yaitu kepada :
Bpk. Muhammad (Kades Banjar Sari), H. Jamaluddin Nur, Amaq Yadi/Udin, Amaq Mahla/Nuriah, Amaq Sirwan/Napsiah, Nasrul Hamdi, S.Pd (Kadus Banjar Getas), Rizal Efendi, S.Pd.I, Amaq Agus, Amaq Mustirin alm.(Teros), Guru Hamidi (Guru SDN 1 Teros).
Sekian mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan tentang sejarah lokal kita. kami sampaikan terima kasih.

                                          Loang Tuna, 28 Maret 2015
                                          Penulis,
                                          ABDUL HAYYI, S.PdI

1. Sejarah Singkat Dusun Banjar Getas Loang Tuna
Pegubukan Loang Tuna pertama kalinya dibuka  dan dihuni oleh orang asli Desa Teros bernama Amaq Ainadi dan istrinya Inaq Ayu berasal dari Geres, karena dikenal bahwa Amaq Ainadi seorang kaya yang memiliki tanah lahan persawahan yang cukup luas beliau berdiam dan bermukim di dusun tersebut untuk menggarap sawah, yang biasa dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “Memunik”, sehingga beliau kadang memberikan beberapa petak tanah untuk hadiah bagi beberapa “menaknya” sebutan bagi orang yang menjadi kaki tangan yang membantu menggarap sawahnya, menyebabkan dusun kecil itu yang tadinya merupakan sebuah kebun dengan suasana lengam dan udara sangat dingin yang dipenuhi semak belukar yang tingginya mencapai sebatang tombak dan ditumbuhi dengan rumput padang ilalang. Sedikit demi sedikit banyak diantaranya membangun sebuah pelataran “Bale tanjek” untuk dijadikan sebagai tempat tinggal.  Sementara itu semakin lama jumlah penduduk semakin banyak karena masyarakat beranak pinak menjadikan “pemunikan”  tersebut menjadi sebuah pemukiman yang dinamakan Gubuk Banjar Getas.

2. Kepercayaan Masyarakat
Banjar Getas adalah sebuah gubuk kecil yang berada di dusun Loang Tuna disana terdapat mata air atau sering disebut oleh masyarakat setempat “Pengembulan” yang berada ditengah kebun, menurut kepercayaan masyarakat setempat disanalah tempat berdiamnya penghuni seperti mahluk gaib dan sering terjadi kejadian mistis, diceritakan bahwa nama Banjar Getas yaitu tempat orang berkumpul untuk melakukan pemujaan terhadap penghuni (Jin Gaib), karena masuknya pengaruh Hindu sehingga dari berbagai pelosok  daerah termasuk Bali dan beberapa daerah di Lombok sering mengunjungi tempat itu untuk melakukan penyembahan yang dikenal pada waktu itu dengan sebutan “Belangon” dan disekitar tempat itu ditandai dengan adanya pura sebagai tempat persembahan. Upacara ritual ini didikuti para sesepuh, tokoh masyarakat serta disaksikan oleh warga masyarakat lainnya dengan membawa bermacam-macam sesaji untuk kepentingan upacara. Masyarakat yang pada waktu itu belum mengenal ajaran agama islam menyebabkan kepercayaan masyarakat untuk melakukan pemujaan dan penyembahan terhadap  pohon dan batu disekitar mata air (pengembulan) tersebut, orang-oarang sering menyebutnya sebagai ritual Ngamben-amben. bahwa dikebun itu seorang ahlul bait bernama Sayyid Bakar (Sisik) sering menggunjungi tempat itu untuk melakukan pertemuan khusus  bersama orang alim lainnya, namun kebanyakan tampa disadari masyarakat setempat menyakini bahwa disana tempat meminta berbagai macam ilmu termasuk ilmu pengasih, serta ilmu lainnya. 
Dari berbagai sumber diceritakan penghuni tempat itu (mahluk halus) Sering menampakkan diri pada orang-orang tertentu dan tidak sedikit orang yang diajak untuk berkomunikasi secara langsung. Dari beberapa keterangan menyatakan bahwa penghuni kebun Banjar Getas adalah sekumpulan pasukan bersenjata, tinggi kekar tubuhnya, warna kulit hitam gelap, dan disekitar tangan terdapat bulu yang sangat lebat dibanding dengan penghuni yang berada di mata air ( pengembulan kokok bat ) adalah mahluk seperti haji berpakaian putih bersih;  dan pada waktu tertentu sering ada penampakan dimata air sejumlah ikan tuna dalam ukuran yang besar berbeda dengan tuna biasa yang konon menurut kepercayaan warga setempat tuna itu merupakan jelmaan dari penghuni (bakeq pengembulan) tersebut, sejak itulah masyarakat mulai menyebut gubuk tersebut sebagai Loang Tuna, karena begitu orang memujanya serta mengelu-elukan dengan melakukan penyembahan menyebabkan jin penghuni mata air tersebut semena-mena, itu sebabnya orang-orang tidak berani melakukan sesuatu atau bertindak yang menyebabkan jin itu marah  apabila masyarakat disana mengambil suatu benda termasuk batu, pohon, serta mahluk hidup seperti ikan, udang, dan Tuna ditempat itu akan terjadi hal-hal mistis yang menyebabkan orang menjadi sakit, kejang-kejang, bisu dan kerasukan, itu sebabnya menurut kenyakinan pada zaman dahulu masyarakat setempat sering mengadakan ritual menaruh sesaji untuk mencari syarat kesembuhan, rasa syukur, dan memohon hajat ditempat itu, menyebabkan seorang pendatang yang bernama Sayyid Abdurrahman Al-Gadri (Abah Nur) seorang pelajar dari Sumba yang menuntut ilmu di Pancor ketika berkunjung di Loang Tuna sejak itulah beliau mendengar desas-desus tentang
penyembahan benda-benda gaib (kepercayaan dinamisme) berkembang di masyarakat dan beliau memutuskan untuk tinggal disana sebagai muballig mengajar dan membimbing masyarakat tentang pengetahuan agama mengingat masyarakat yang pada waktu itu buta dengan pendidikan dan pendidikan Agama, sejak itulah beliau mulai mengajar dan mulai menghilangkan tradisi meminta berkah selain kepada Allah SWT, bahwa hal-hal yang demikian itu adalah mengikuti cara-cara orang kafir dan beliaulah yang merusak serta mengobrak-abrik (pura) tempat penyembahan tersebut dan tidak ada satupun yang berani melarang beliau. Sejak kedatangan Sayyid Abdurrahman Al-Gadri (Ahlul Bait) diangkatlah beliau sebagai guru dan masyarakat menerima ilmu agama islam yang diajarkannya. karena saking cepatnya penjelasan atau cara mengajarnya diterima oleh muridnya sampai dikenallah beliau sampai kepada pelosok desa lainnya temasuk murid-murid beliau berasal dari Kembang Kuning, Paok Pampang, Labu Aji, Lengkok Timba Lindur, Montong Meong sehingga beliau rutin untuk mengisi pengajian di desa tersebut dengan diiringi sejumlah muridnya . Dengan pengaruhnya yang begitu besar mengajak orang-orang untuk membaca Hizib Nahdatul Wathan menyebabkan Ulama’ terkenal bernama Syekh Zainuddin Abdul Majid (Pancor) sering mengadakan kunjungan di masjid Loang Tuna membuka pengajian, beliau sempat mengatakan apabila masyarakat melakukan teradisi ritual semacam menaruh sesajen ditempat itu tampa diundangpun saya akan datang kata beliau pada para jam’ah pengajian.
Sayyid Abdurrahman Al-Gadri bersama saudaranya Sayyid Usman Al-Gadri adalah termasuk murid Syekh Zainuddin Abdul Majid, dengan pengabdiannya di gubuk itu menyebabkan masyarakat menaruh hormat padanya sehingga dengan swadaya dan simpati masyarakat dibuatkan sebuah gedeng tempat bermukim sekaligus sebagai tempat tinggal beliau persis didepan mimbar masjid karena dianggap berjasa pada waktu itu. Rasa kebanggaan beliau dinyatakan dengan ungkapan rasa syukur saat beliau kembali berkunjung di dusun kecil ini dan menyatakan bahwa masyarakat Loang Tuna sekarang ini sudah berhasil dan mampu memberikan pendidikan yang layak terhadap anak-anaknya sebagai cikal bakal generasi penerus. dan terbukti dengan banyaknya serjana di dusun ini; ungkap Sayyid Abdurrahman Al-Gadri.   17/05/2015

3. Dalam Bidang Pendidikan 
Sekitar tahun 1950-an masyarakat yang pada waktu itu adalah sebagian besar berprofesi sebagai buruh menyebabkan kebanyakan masyarakat hidup susah dan serba pas-pasan dan banyak orang tidak dapat melanjutkan kejenjang sekolah yang lebih tinggi, setelah menempuh pendidikan di sekolah dasar yang dibangun tahun 1948 sebagai sekolah dasar pertama di Loang Tuna, namun yang sangat disyukuri adalah adanya Madrasah Diniyah (non formal) pada waktu itu sebagai tempat mengaji, mempelajari Ilmi fikih matan sanusi, sirah (sejarah Nabi), tajwid, imlaq, hadis arba’in nawawiya, bimbingan membaca kitab seperti mantek, bayan, nahwu sharf, serta ilmu tata bahasa lainnya. yang bertempat di Madrasah  Al-Ikhwanussofa yang digagas dan dibangun pada tahun 1953 oleh Sayyid Abdurrahman Al-Gadri (Abah Nur) bersama saudaranya Sayyid Usman Al-Gadri (Abah Alwi)  sekaligus sebagai guru dan pembimbingnya serta para pengajar lainnya seperti : Ustz.Yusuf, Ustz.Holib, Ustz. Gani asal Sumba, Ustz. Muhammad dan Ustz. Sahirudin asal Peneda Gandor. 

4. Dalam Bidang Pemerintahan
Desa Teros di bawah pimpinan Jero Sandi (Jero sebutan kepala desa) makin maju maka seluruh wilayah pegubukan itu di satukan dalam bentuk desa yang dinamakan Desa Teros (Teros Yang kita kenal sampai sekarang) dan Desa Teros di perluas lagi dengan beberapa gubuk lagi yaitu Dasan Sawe, Kembang Kuning dan Loang Tuna. Sepeninggal Kepala Desa Jero Sandi terjadi kekosongan kepala desa, karena Desa Teros tidak ada yang memimpin dengan sendirinya Anak Agung Murah sebagai raja Lombok  mengangkat Jero Mengkudu  dari desa Labuhan Haji untuk menjadi kepala Desa Teros, ketika itu Jero Mengkudu sedang menjadi kepala desa di Labuhan Haji dengan penduduk sangat sedikit dan tanah pertaniannya sangat luas yang meliputi daerah sekitar Labuhan Haji, Loang Sawak, Timba Lindur dan Dasan Pungkang. Setelah Jero mengkudu wafat kepala Desa Teros  di pimpin oleh anaknya yang bernama Jero Nursayang  dan bersama tokoh agama bernama Guru Durasyit mengabdi di Teros, guru Durasyit terkenal arif dan bijaksana maka namanya diabadikan oleh masyarakat Teros menjadi nama Mesjid Teros yang diberinama “Masjid Nururrasyid“ .

a. Pemerintahan Desa Teros
Semenjak di bawah pemerintahan Desa Teros disebutkan bahwa Loang Tuna dipimpin oleh beberapa Keliang (sebutan semacam kadus) dari Zaman pemerintahan Jepang tempo dulu sampai masa pemerintahan Soeharto (Orde Baru)  adapun yang menjadi keliang tersebut adalah :
a) Amaq Merah (alm.) pada tahun 1940 – 1955 yang diwakili oleh Amaq Denep (alm.) 
b) Amaq Semah (alm.) pada tahun 1955 – 1970 yang diwakili oleh Amaq Mahnep (alm.) Amaq Mahrin (alm.) dan Amaq Patah.
c) H. Badaruddin (alm.) pada tahun 1970 – 1985 yang diwakili oleh Amaq Su’ud (alm.) dan Amaq Mahnep (alm.).
Selama pergantian pemerintahan dan kebijakan nama keliang diganti dengan sebutan Kepala Dusun (Kadus) dan Loang Tuna di bawah pemerintahan desa Teros dibagi menjadi dua kekadusan yaitu dusun Banjar Getas dan dusun Gubuk Masjid, masing-masing dusun di pimpin oleh kepala dusun yaitu :
d) Amaq Marhumah (Banjar Getas) 
Amaq Syamsul Ikhwan (Gubuk Masjid) 
e) Suriadi (Banjar Getas)  pada tahun 2000-2003 
Pjs. Sumardi pada tahun 2003-2005
Zuhri, S.Ag (Gubuk Masjid)  pada tahun 2000-2005 
f) Mahinep (Banjar Getas) 
Zuhri, S.Ag (Gubuk Masjid)

b. Pemerintahan Desa Banjar Sari
Desa Banjar Sari merupakan Pemerintahan Desa di wilayah Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur. Sebelumnya Desa Banjar Sari adalah merupakan Pemerintahan Desa yang dipimpin oleh seorang Kepala  Desa dan berada pada wilayah administratif Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur. Desa Banjar Sari terbentuk dari hasil pemekaran Pemerintahan Desa Teros yang dimekarkan pada Tahun 2009 menjadi 2 (dua) desa yaitu ; Desa Teros dan Desa Banjar Sari yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Sejak berdirinya pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 Desa Banjar Sari dipimpin oleh beberapa Pejabat Kepala Desa. Adapun nama-nama Kepala Desa yang menjabat pada tahun 2009 sampai dengan sekarang adalah sebagai berikut  :
1. Dari tanggal 1 Desember 2009 s/d   26 Oktober 2011 dijabat oleh Drs. ZAITUL AKMAL 
2. Dari tanggal 27 Oktober 2011 s/d 9 Juli 2012 dijabat oleh  ASMILUDDIN, S.Sos, MH
3. Kepala Desa Definitip Periode 10 Juli 2012 sampai sekarang dipimpin oleh MUHAMMAD. 
 Pada saat ini Desa Banjar Sari berada diwilayah administratif Kecamatan Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur, yang terdiri 23 RT yang tersebar di 5 (lima) Kekadusan, yaitu ; Kadus Dasan Sawe, Kadus Sepakat, Kadus Pungkang, Kadus Banjar Getas dan Kadus Gubuk Masjid . Sejak itulah Kedua dusun di Loang Tuna tersebut dipimpin oleh kadus dalam beberapa periode yang dipilih langsung oleh masyarakat yaitu :
g) Nasrul Hamdi, S.Pd (Banjar Getas) 
Zuhri, S.Ag (Gubuk Masjid)

5. Bidang Lingkungan Hidup
Sejak dahulu pegubukan Loang Tuna dikenal dengan lingkungan yang cukup makmur dengan adanya mata air “pengembulan” menurut kepercayaan setempat bahwa mata air itu berasal dari ”Kokok Lingsar” masyarakat sekitar sering memanfaatkannya untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, minum, dan terlebih lagi untuk mengiri sawah para petani yang berada dilingkungan  “punik” beberapa tahun silam “pengembulan” tersebut pernah mengalami kekeringan entah apa penyebabnya. Sehingga air yang dialiri kemasjid sempat ikut kering, namun selang beberapa hari terdengar suara ledakan yang begitu keras, suara itu berasal dari  tanah lahan yang kosong tidak jauh dari mata air yang sudah kering itu, menyebabkan masyarakat sekitar berbondong untuk menyaksikan kejadian itu, ternyata tampa disangka sebelumnya muncul air yang cukup keras semburannya, Keliang bersama masyarakat lainnya segera membangun sebuah telaga untuk menampungnya. Dan dikenallah telaga tersebut sampai sekarang dengan nama “Kokok Bat”.  

6. Dalam Bidang Pembangunan
a. Pelebaran Tanah Pekuburan

Pada mulanya masyarakat setempat tidak memiliki lahan tanah pekuburan secara utuh menyebabkan apabila ada dari beberapa sanak  saudaranya yang meninggal maka dimakamkan diperbatasan wilayah Loang tuna dan Kembang kuning yaitu “Sendongan” karena  melihat kaadaan yang demikian masyarakat merasa kewalahan karena jarak tempuh dianggap jauh maka sekitar tahun 1980 oleh “Keliang” yang pada waktu itu dijabat oleh Amaq Su’ud alm. beserta sesepuh lainnya menggagas untuk membuka tanah pekuburan di Loang Tuna, berkat itulah sejumlah warga masyarakat bersedia untuk mewakafkan tanahnya untuk dijadikan pemakaman.


b. Pembangunan Masjid
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk semakin padatnya pemukiman itu tidak menyebabkan masyarakat menjadi jenu dan rasa kebersamaanya itu ditandai dengan pada tahun 2007 dengan swadaya masyarakat dibangunlah sebuah masjid baru setelah masjid yang sejak lama tidak pernah mengalami renofasi yang sebagai pusat tempat peribadatan masyarakat Loang Tuna yang digagas dan dicetuskan langsung oleh tokoh-tokoh agama termasuk H.M. Syafi’i (alm.), Amaq Syamsul Ikhwan dan para sesepuh masyarakat lainnya, nama masjid tersebut tidak pernah dirubah namanya setelah mengalami perubahan semenjak dibangun masjid itu masih menggunakan nama lama yaitu Masjid Nurul Wathan setelah dinisbatkan namanya oleh Guru Besar TGKH. M. Zainuddin Abdul Majid (Pancor) ketika beliau sering mengadakan pengajian pada waktu itu di masjid Loang Tuna.

c. Pembangunan Jalan Lingkar
Pada tahun 2013 silam Pemerintahan Desa Banjar Sari berhasil membesakan tanah sawah untuk mebuat jalan lingkar, serta dengan swadaya masyarakat yang ikut serta memberikan sebagian tanahnya memudahkan pemerintah desa cepat bergerak untuk segera membangun, karena sejak lama masyarakat meningginkan hal tersebut sebagai salah satu akses penghubung dengan dusun yang berada di Kembang Kuning, selain itu juga untuk mempermudah masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian karena sebagian masyarakat berprofesi sebagai petani. Karena pekerjaan yang pada waktu itu belum dirampungkan maka pembangunan kini dilanjutkan pada tahun 2015 sehingga dibangunlah sebuah jembatan dan jalan spal yang pemanen. 
Narasumber / Versi:  Sayyid Abdurrahman Al-Gadri, Muhammad (Kades Banjar Sari),
 Wan Feiruz Al-Gadri, S.Pd, H.Jamaluddin Nur, Amaq Yadi/Udin,
 Amaq Mahla/Nuriah, Amaq Sirwan/Napsiah, Nasrul Hamdi,
 S.Pd,(Kadus Banjar Getas) Rizal Efendi, S.Pd.I Amaq Mustirin
 alm.(Teros), Guru Hamidi (Guru SDN 1 Teros)
Penyunting  Akhir /
Redaksi : Abdul Hayyi, S.Pd.I
Revisi Tanggal : 28 Maret 2015, 09 Agustus 2015
Posting : fb. Grup Banjar Getas_
   blog. http://loangtuna.blogspot.com
   tag. Kabar Banjar Sari

Biografi Penulis
Abdul Hayyi, S.Pd.I, Sudah menyelesaika perkuliahan di Institiut Agama Islam Hamzanwadi Pancor Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam. Lulusan MA Azzuhriyah Hamzanwadi Tanjung Jurusan Bahasa Indonesia dan pernah mengikuti lomba KADARKUM  (Keluarga Sadar Hukum) yang diselenggarakan oleh KABAG.Hukum Kab. Lombok Timur dan menjadi juara I Tingkat Kabupaten dan juara III Tingkat Provinsi oleh Kanwil Kemenkumham NTB. Saat ini sedang menggeluti pembuatan Video dokumentasi dan mengurusi blognya yaitu http://loangtuna.blogspot.com bagi yang ingin menjadikan referensi dipersilahkan untuk mengunduh di web tersebut.

Komentar